Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ANTARA FOTO/Willy Kurniawan

Jakarta, IDN Times - Pemerintah rupanya pernah mengajak terdakwa kasus bom Thamrin, Aman Abdurrahman alias Oman Rahman untuk bertobat dan kembali mencintai NKRI. Upaya itu dilakukan secara persuasif dengan mengundang Kepala Pusat Penelitian dan Kekerasan Politik Singapura, Rohan Gunaratna. Ia diundang ke Indonesia pada Desember 2017. 

Pengajar berkebangsaan Sri Lanka itu mencoba menyadarkan Aman agar ia meninggalkan ideologi ekstrimis dan minatnya terhadap teroris di Timur Tengah. Rohan juga mengatakan daripada berbuat teror, lebih baik ia bekerja sama dengan pemerintahan Presiden Joko "Jokowi" Widodo dan hidup harmonis dengan seluruh rakyat Indonesia. 

Pengakuan itu terungkap ketika Aman membacakan surat pledoi di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada Jumat (25/5). Lalu, apa respons Aman terhadap tawaran kompromi dari Pemerintah Indonesia? 

1. Aman bertemu dengan Professor Rohan di Rutan Mako Brimob Depok

Default Image IDN

Kompromi tersebut diakui Aman terjadi pada 22 Desember 2017 lalu saat ia mendekam di Rumah Tahanan (Rutan) Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok. Saat itu ia kedatangan tamu asal Sri Langka bernama Profesor Rohan yang diakuinya bekerja untuk negara Singapura terkait kajian terorisme.

"(Profesor Rohan) bekerja sama dengan Pemerintah RI tentunya dalam bidang 

pengkajian gerakan Islam. Kami disertai penerjemah dan ditemani beberapa perwira pertama dan perwira menengah Densus 88 dan anggota lainnya saya di wawancarai,” ujar Aman pada Jumat kemarin. 

2. Profesor Rohan mengajukan tiga pertanyaan kepada Aman

Editorial Team

Tonton lebih seru di