TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Viral! Ini Penjelasan Ringkas New Normal Ala Guru Besar IPB

Penerapan new normal dalam waktu dekat dinilai kurang pas

Prof Hermanto menjelaskan new normal (Tangkapan layar Twitter @Hermantoregar)

Jakarta, IDN Times - Pemerintah tengah serius menyiapkan skenario new normal atau #normalbaru agar masyarakat bisa beraktivitas kembali di tengah pandemik virus corona atau COVID-19. Topik pembahasan tentang new normal pun kini ramai diperbincangkan oleh masyarakat.

Namun, tak sedikit yang menilai Indonesia terlalu terburu-buru untuk memberlakukan new normal. Sebab, kasus COVID-19 justru sedang mengalami kenaikan dan diprediksi mencapai puncak. Artinya, bila pembatasan pergerakan manusia dilonggarkan, dikhawatirkan kasus COVID-19 terus melonjak. 

Belakangan ini, sebuah video penjelasan new normal berdurasi singkat tengah viral di media sosial. Warganet menilai, penjelasan new normal dalam video tersebut sangat mudah dipahami. 

Video tersebut ternyata merupakan penjelasan new normal dari seorang Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) yaitu, Prof. Hermanto Siregar. Ia mengunggah video berdurasi 1 menit 46 detik itu di akun Twitter pribadinya @hermantoregar pada Rabu (26/5) pukul 16:59 WIB.

"Menjelaskan "new normal secara ringkas" tulisnya pada unggahan video tersebut.

Lalu, bagaimana makna new normal menurut Hermanto?

Baca Juga: Masuk Mal di Era New Normal, Ini yang Bakal Kamu Temukan dan Hadapi

1. Prof. Hermanto menilai penerapan new normal dalam waktu dekat belum tepat

Ilustrasi pasien tes swab. IDN Times/Feny Maulia Agustin

Saat dihubungi oleh IDN Times, Prof. Hermanto menilai penerapan new normal di Indonesia dalam waktu dekat masih belum tepat. Sebab, ia melihat kondisi penyebaran virus corona atau COVID-19 di Tanah Air belum terkendali.

"Saya tidak anti-kebijakan pemerintah tentang new normal. Kita memang perlu keluar dari kungkungan kondisi saat ini ke tatanan yang lebih baik, dilihat dari berbagai aspek baik kesehatan atau keselamatan maupun sosial ekonomi. Hanya menurut saya, dengan kondisi COVID-19 yang belum terkendali dengan baik, timing untuk new normal kalau diterapkan dalam waktu dekat adalah belum pas," ujarnya kepada IDN Times, Jumat (29/5).

2. Hermanto meminta penerapan new normal dilakukan dengan sangat hati-hati

(Skenario new normal di Indonesia) IDN Times/Sukma Shakti

Sebagai Professor of Economics, ia meminta penerapan new normal dilakukan dengan sangat hati-hati. Sebab, apabila hal itu gagal, maka biaya untuk mengatasi COVID-19 akan naik dan masyarakat yang dibebankan sebagai pembayar pajak. 

"Bila new normal tersebut gagal walaupun tidak gagal 100 persen, maka biaya untuk mengatasi COVID-19 beserta penanganan pasien yang terdampak plus opportunity cost dari kebijakan stimulus ekonomi yang jadi kurang efektif lantaran kegagalan tersebut menjadi berganda" jelasnya.

Ia juga mengatakan, dalam bahasa ekonomi, hal itu disebut sebagai bigger loss to the evonomy. Dengan demikian, generasi selanjutnya bisa menjadi korban karena harus menanggung beban utang publik di era pandemik COVID-19.

Baca Juga: Bupati di Gorontalo Khawatir Warga Susah Diatur saat New Normal

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya