Inisiasi Global Shapers Jakarta untuk Pemerataan Vaksinasi di NTB
Karena pemerataan adalah keadilan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Vaksin, sebuah produk biologi berisi antigen yang berguna untuk membentuk kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit tertentu, memang berkontribusi banyak pada melandainya angka transmisi COVID-19 secara gradual. Sayangnya, Nusa Tenggara Barat (NTB), misalnya, masih menjadi salah satu wilayah di Nusantara yang belum mendapatkan distribusi vaksin secara merata.
Menanggapi hal ini, Global Shapers, sebuah jaringan anak muda yang terlahir dari World Economic Forum, menginisiasi penggalangan dana yang juga didukung oleh IDN Media, perusahaan media platform untuk Millennial & Gen Z di Indonesia, dan Kitabisa.com, situs donasi dan penggalangan dana untuk inisiatif, campaign, serta program sosial. Nantinya, dana yang terkumpul akan dialokasikan untuk membantu tim dalam mendukung penyebaran dan percepatan vaksinasi di area NTB.
Adapun Bryan Silfanus, Vice President Kitabisa.com, yang juga merupakan Impact Officer dari Global Shapers Jakarta mengatakan, “Kami berharap, inisiasi yang kami lakukan bersama dengan seluruh Shapers di Global Shapers Jakarta dapat sedikit membantu percepatan dan pemerataan vaksin di beberapa daerah yang masih rendah tingkat penetrasi vaksinasinya.”
1. Kondisi di NTB terkait vaksinasi COVID-19
Pendistribusian vaksin di NTB bisa dikategorikan sebagai salah satu yang terendah di Indonesia karena akses daerah yang terbatas dan kesadaran masyarakat yang belum terbentuk. Berdasarkan data yang diunggah Kementerian Kesehatan, terdapat sejumlah daerah di Nusantara dengan status vaksinasi di bawah 30%. Vaksinasi di wilayah NTB tercatat hanya mencapai 26.4%, itu pun baru dosis pertama. Sangat timpang apabila dibandingkan dengan Jakarta yang sudah mencapai 98.1%.
Selain vaksin dosis pertama, banyak warga yang juga mengeluhkan sulitnya mendapatkan vaksin dosis kedua. Tak sedikit dari mereka yang sudah tiga kali mendaftar, tetapi tetap ditolak. Kelangkaan itu disebabkan oleh sebaran vaksinator COVID-19 yang diperkirakan masih belum merata, serta logistik puskesmas atau fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia yang belum dapat sepenuhnya mendukung program vaksinasi.