Curhat Dokter Tak Setuju Insentif Nakes Dipotong Sampai 50 Persen
Tenaga medis berisiko tinggi terpapar COVID-19
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Pada awal Februari, pemerintah memberikan kejutan bagi tenaga kesehatan dengan memangkas besaran insentif sampai 50 persen. Hal tersebut tertuang dalam salinan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor: S-65/MK.02/2021 yang ditandatangani Menteri Keuangan Sri Mulyani pada 1 Februari 2021.
Keputusan tersebut menuai reaksi dari berbagai pihak, hingga akhirnya Juru Bicara Satgas COVID-19, Wiku Adisasmito, buka suara. Dia mengatakan, pengurangan insentif bagi tenaga kesehatan saat ini belum final karena masih tahap pembahasan oleh Menteri Kesehatan dan Menteri Keuangan.
"Pada prinsipnya pemerintah memahami aspirasi dari para tenaga kesehatan yang telah berjuang memberikan pelayanan terbaik bagi pasien COVID-19, keputusan yang nantinya akan diambil tentunya adalah yang terbaik dengan mempertimbangkan aspirasi tenaga kesehatan dan juga anggaran yang tersedia," paparnya dalam Youtube Sekrtariat Presiden, Kamis (4/2/2021).
Meski demikian, keputusan pemerintah membuat tenaga kesehatan kecewa. Berikut ungkapan hati para tenaga kesehatan (nakes) jika insentif dipangkas saat beban kerja semakin meningkat.
Baca Juga: Insentif Nakes Dipangkas, Dirut RSKIA Bandung: Sangat Disayangkan
1. Tenaga medis punya risiko tinggi terpapar COVID-19 dan menanggung beban psikologis
Seorang dokter yang enggan menyebutkan namanya merasa resah, sebab saat jumlah kasus meningkat, pemerintah justru memotong insentif hingga 50 persen.
Dia menegaskan, tenaga medis mempunyai risiko tinggi terpapar COVID-19 karena langsung melayani pasien COVID-19. Terlebih saat ini ketersediaan alat pelindung diri (APD) juga mulai kurang, jasa layanan medis pun banyak yang tidak sesuai.
Selain itu, beban psikis tenaga kesehatan juga semakin hari semakin berat sebab tidak sedikit rekan medis bahkan para senior, spesialis yang gugur karena terpapar COVID-19.
"Sebenarnya kebanyakan ini juga keresahan dari rekan-rekan medis di lapangan, belum lagi opini-opini publik seolah-olah tenaga medis aji mumpung mendulang rejeki di kala pandemik," ujarnya saat dihubungi IDN Times, Kamis (4/1/2021).
Baca Juga: IDI: Pemotongan Insentif Nakes Kurang Tepat, Mereka Butuh Dukungan