TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Fatality Rate Kasus COVID-19 RI Tinggi, Yurianto: Kami Tak Terpaku Itu

Pemerintah tengah fokus mendeteksi pasien COVID-19 baru

Achmad Yurianto dalam acara live streaming IDN Times dengan tema Jubir Jawab Pertanyaan Publik Soal Virus Corona pada 1 April 2020. IDN Times/Panji Galih

Jakarta, IDN Times - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona atau COVID-19 Achmad Yurianto mengaku tidak mempermasalahkan dengan data case fatality rate (CFR), atau tingkat kematian akibat virus corona di Indonesia yang tertinggi di dunia.

Menurut Yuri, sapaan akrab Yurianto, hal tersebut hanya berupa angka akumulatif saja dengan menghitung angka kematian dibagi jumlah kasus positif, lalu dibagi seratus persen.

“Kalau yang positif bertambahan terus maka persentase akan turun. Kalau yang meninggal naik (maka) persen naik,” kata Yurianto dalam acara Jubir Pemerintah Jawab Pertanyaan Publik Soal Virus Corona yang disiarkan di channel YouTube IDN Times, Rabu (1/4).

Baca Juga: Klaster Gowa, Puluhan Santri Ponpes di Balikpapan ODP Virus Corona

1. Angka fatality rate kasus virus corona di Indonesia terus bergerak dinamis setiap harinya

Achmad Yurianto dalam Live Streaming IDN Times dengan tema "Jubir Jawab Pertanyaan Publik Soal Virus Corona" (1/4) (IDN Times/Panji Galih)

Yuri menjelaskan, angka CFR akan terus bergerak dinamis setiap harinya. CFR juga tidak bisa untuk menggambarkan seberapa ganas virus corona menyerang tubuh manusia yang telah terinfeksi.

“Kalau kita lihat data lebih mengerikan lagi. Bali waktu itu positif satu kasus dan meninggal satu kasus. Artinya 100 persen fatality rate. Oleh karena itu, kami tidak mau terpaku dengan angka-angka itu,” ujar dia.

(IDN Times/Arief Rahmat)

2. Pemerintah fokus mencari kasus positif COVID-19 baru

Presiden Joko Widodo (kiri) dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini menyebutkan, pemerintah sedang fokus mencari kasus-kasus positif COVID-19 baru, hingga tidak ditemukan lagi di Indonesia.

“Kita yakini masih ada penularan berarti di luar masih ada kasus positif yang belum ketangkep. Terutama, pada kelompok 'tidak merasa sakit'. Anak muda yang sehat, imunitas bagus, dia hanya ngeluh batuk ringan, demam dikit, padahal kalau diperiksa mungkin positif,” tutur Yurianto.

Baca Juga: Jiwasraya Bayar Dana Nasabah di Tengah Virus Corona, Ini Kata Pengamat

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya