TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

BPS: Rokok Jadi Penyumbang Angka Kemiskinan

Jangan gunakan dana bansos untuk membeli rokok, ya!

IDN Times/Sukma Shakti

Jakarta, IDN Times - Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, faktor komoditas berpengaruh terhadap angka kemiskinan. Mirisnya, rokok menempati urutan kedua paling banyak dibeli setelah beras. Temuan tersebut terjadi dari waktu ke waktu.

"Rokok menyumbang 9 persen garis kemiskinan," ujar Suhariyanto di Kementerian Komunikasi dan Informatika, Senin (31/7) .

Menurut dia, sebaiknya harga rokok ditingkatkan setinggi mungkin supaya orang tidak perlu merokok.

"Perlu dibangkitkan kesadaran bahwa rokok itu tidak bagus," ujarnya. 

Baca juga: 40 Juta Balita Indonesia adalah Perokok Pasif

1. Rokok paling banyak dibeli setelah beras

Pixabay/maxknoxvill

Berdasarkan data yang dihimpun BPS, makanan yang berpengaruh besar terhadap garis kemiskinan di kota dan desa adalah beras, rokok kretek filter, daging sapi, telur ayam ras, mi instan dan gula pasir. Selain makanan, kebutuhan yang pengaruhnya besar adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan dan perlengkapan mandi.

Ke depan, faktor inflasi bahan pangan patut jadi perhatian. Sebab angkanya cukup fluktuatif; inflasi bahan pangan untuk beras mencapai 8,57 persen, telur ayam ras 2,81 persen, daging ayam 4,87 persen, cabai rawit 49,91 persen, dan cabai merah 53,87 persen. Sedangkan gulai pasir harganya turun 4,19 persen, minyak goreng minus 0,6 persen, dan daging sapi minus 0,37 persen.

"Kenapa BPS memasukkan komponen rokok terhadap garis kemiskinan? Karena kami mau memotret apa saja pengeluaran warga miskin. Rokok terbanyak kedua setelah beras. Ini parah, menyita banyak pendapatannya," ujar Suhariyanto.

Menurut dia, menaikkan cukai rokok adalah salah satu langkah signifikan untuk menekan jumlah perokok, terutama prevalensi untuk penduduk miskin. Berdasarkan sebuah penelitian UI 2 bulan lalu, jika harga rokok dinaikkan sampai Rp70 ribu akan banyak perokok berhenti. Namun, kata Suhariyanto, itu hanya akan terjadi di luar negeri.

"Kalau orang Indonesia kan inovasinya luar biasa. Dia bisa ngelinting rokok sendiri. Kenaikan cukai rokok saja gak ckup. Perlu sosialisasi sejak dini tentang bahaya merokok," ujarnya. 

2. Penerima bansos jangan merokok

Infografis oleh Rappler Indonesia

Menteri Bappenas RI Bambang Brodjonegoro menambahkan, mayoritas perokok di Indonesia adalah masyarakat menengah ke bawah.

"Ke depan, semua keluarga penerima bansos PKH dan BPNT tidak boleh lagi merokok. Peranan rokok terhadap upah atau pendapatan riil akan terganggu, kalau di desa 10 persen, di kota 11 persen. Lebih baik dimanfaatkan untuk membeli telur, daging atau kebutuhan yang menunjang kebutuhan makanan," ungkap Bambang. 

Baca juga: 6 Tahun jadi Model Bungkus Rokok, Pria Asal Kuningan ini Minta Royalti

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya