TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Emil Salim: Segera Cari Solusi Pendidikan Agar Tak Hilang 1 Generasi

Listrik dan telekomunikasi kunci pendidikan saat ini

Prof. Emil Salim, Guru Besar UI (IDN Times/Fiqih Damarjati)

Jakarta, IDN Times - Pendidikan dinilai menjadi bidang yang paling terpukul akibat COVID-19. Guru Besar Universitas Indonesia, Emil Salim mengatakan, generasi mudalah yang menderita akibat terpukulnya pendidikan. Selama pandemik, mereka harus belajar jarak jauh. Hal ini harus segera diatasi karena Indonesia akan mengalami bonus demografi.

"Kualitas pembangunan ditentukan bukan oleh investasi luar negeri, bukan oleh alat mesin, tetapi oleh keterampilan dan kecakapan otak bangsa kita sendiri," kata Emil dalam webinar #MenjagaIndonesia di YouTube IDN Times, Senin (10/8/2020).

Baca Juga: Ops! Menteri Nadiem Bilang PJJ Merusak Anak, Kok Bisa?

1. Ketersediaan listrik dan telekomunikasi jadi kunci keberlangsungan pendidikan

Webinar #MenjagaIndonesia Ep. 2 by IDN Times dengan tema, "Yuk Kian Peduli Jaga Planet Bumi" (IDN Times/Besse Fadhilah)

Menurut Emil, secepat mungkin harus dicari jalan keluarnya. Jangan sampai Indonesia kehilangan satu generasi.

"Maka pendidikan menjadi penting. Berkaitan dengan itu adalah telekomunikasi, jaringan, listrik. Energi listrik sekarang adalah fisik needs, kebutuhan pokok. Tanpa listrik, tidak ada belajar jarak jauh," katanya.

Dengan demikian, kata Emil, listrik dan telekomunikasi adalah jantungnya belajar jarak jauh. Tanpa dua hal itu, kegiatan belajar mengajar akan terhambat.

2. Sektor pertanian harus diberdayakan

Prof Emil Salim dalam Webinar #MenjagaIndonesia Ep. 2 by IDN Times dengan tema, "Yuk Kian Peduli Jaga Planet Bumi" (IDN Times/Fiqih Damarjati)

Selain itu, lanjut Emil, sektor pertanian juga harus diberdayakan. Emil mengatakan, hanya pertanian yang mengalami kenaikan atau income growth positif 2 persen. Sementara, sektor pertambangan hingga industri babak belur.

"Berarti pertanian itu di dalam keadaan COVID-19 adalah sentra tumbuhan kita, di dalam masa sulit tadi. Mengapa kita tidak utamakan hal ini? Petani yang diterima adalah Rp105 ribu-Rp108 ribu, tapi yang dia keluarkan untuk hidup Rp100 ribu, marginnya kecil sekali dibandingkan dengan perkebunan Rp130 ribu-Rp140 ribu, jadi bisa ada pola kebijakan harga," kata Emil.

Baca Juga: World Economic Forum: Pertanian dan IT Bisa Pulihkan Ekonomi India 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya