TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Begini Cara Pengembangan Inovasi Agrifood di Tangan Gen Z dan Milenial

Petani butuh akses ke pasar yang bisa menghargai dan adil

Acara IMGS 2023, Innovative Approaches in Agrifood: Lessons Learned pada Jumat (24/11/2023). (dok. IDN Media)

Jakarta, IDN Times - Dorongan inovasi dan keberlanjutan di sektor pangan berbasis pertanian kian dikembangkan. Indonesia adalah negara agraris, terbukti dengan luasnya sektor pertanian yang dimiliki. Dari tangan-tangan hebat dan luar biasa pemuda-pemudi Indonesia, sektor agrifood hidup dan berdaya.

Bukan hanya di sektor pertanian, sektor perikanan juga kini mulai terlihat eksistensinya. Panggung Innovative Approaches in Agrifood: Lessons Learned (BPDPKS) di Indonesia Millennial and Gen-Z Summit (IMGS) 2023 by IDN Media, menunjukkan betapa kayanya Indonesia jika bisa diberdayakan dengan baik.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengatakan, milenial dan Gen Z Banyuwangi punya cara sendiri untuk memperbaiki perekonomian. Misalnya, pertanian buah naga lewat program inovasi Puting Si Naga.

Inovasi Puting Si Naga dengan bangga diperkenalkan Ipuk. Bermula dari masalah yang dialami petani buah naga di Banyuwangi yang over produksi di masa panen raya pada November hingga Maret, anak muda Banyuwangi mulai putar otak untuk mengatasi masalah ini.

"Ini inovasi yang dilakukan anak-anak muda dan hasil inovasi ini, buah naga jadi bisa dipanen sepanjang tahun,” ujar Ipuk di IMGS 2023 yang berlangsung di The Dome Senayan Park, Jakarta, Jumat (24/11/2023).

Baca Juga: 5 Inovasi Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani

1. Pendapatan petani dari program Puting si Naga meningkat drastis

Ipuk Fiestiandani, Bupati Banyuwangi dalam acara IMGS 2023, Innovative Approaches in Agrifood: Lessons Learned pada Jumat (24/11/2023). (dok. IDN Media)

Dia menjelaskan, mereka menggunakan lampu sebagai salah satu media dalam inovasi Puting Si Naga. Imbasnya tak tanggung-tanggung, jika sebelumnya pendapatan petani Rp28 juta per hektare per tahun sebelum 2019, kini mencapai Rp260 juta per hektare per tahun.

Ipuk mengatakan, pemerintah Banyuwangi memang sengaja melibatkan banyak milenial dan Gen Z sebagai petani.

“Sehingga petani kami nanti lebih didominasi anak-anak muda. Sehingga lebih maju, sehingga nanti lebih baik lagi,” kata Ipuk.

2. Petani butuh akses ke pasar yang bisa menghargai dan adil

Helianti Hilman, Founder Javara Indonesia dalam acara IMGS 2023, Innovative Approaches in Agrifood: Lessons Learned pada Jumat (24/11/2023). (dok. IDN Media)

Sementara itu, founder Javara Helianti Hilman menceritakan bagaimana dirinya bisa melangkah di sektor pertanian. Sebagai seorang lawyer dia kini banting setir berkecimpung di sektor pasar produk pertanian.

Awalnya Helianti bertemu petani untuk memberikan bantuan hukum.  Dia membantu petani yang menghadapi masalah dengan kontrak pertanian, seperti ekspor dan menghadapi pasar.

"Sebenarnya ini (Javara) not by design, bukan bisnis by design. Jadi posisi saya sebenarnya adalah lawyer," ujarnya. 

Seiring berjalannya waktu, Helianti disadarkan oleh suaminya. Sang suami menyebut, petani memang membutuhkan Helianti, tetapi bukan sebagai lawyer. Para Petani membutuhkan sosok yang bisa membuka akses pasar buat produk mereka. 

"Suami saya bilang, mereka tidak perlu lawyer, yang mereka butuh akses ke pasar yang bisa respectfull dan fair," kata Helianti.

Javara merupakan perusahaan bahan pangan organik yang bermitra dengan puluhan ribu petani di seluruh Indonesia.  Sejauh ini, Javara sudah punya 900 produk pertanian, dengan 160 di antaranya sudah sertified organic by standard Amerika dan Jepang. Pihaknya juga sudah berpengalaman ekspor ke-33 negara di lima benua. 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya