TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kapolri soal Fenomena War Takjil: Tuhan Sayang Indonesia

Dia sebut ekonomi masyarakat baik

ilustrasi takjil (freepik.com/freestockcenter)

Jakarta, IDN Times - Kapolri Jenderal Listyo Sigit mengapresiasi tingginya antusiasme masyarakat dalam fenomena war takjil atau berbelanja takjil selama bulan Ramadan. Fenomena ini menunjukkan kebersamaan masyarakat Indonesia serta stabilitas ekonomi yang relatif baik.

Dia mengajak semua pihak untuk terus menjaga momentum positif ini dan bersama-sama mendorong Indonesia menuju lebih baik.

"Dan mungkin saat ini justru yang terjadi dan sering muncul di tv yang terkenal malah war takjil. Artinya rebutan belanja takjil, artinya ekonomi masyarakat Indonesia saat ini Alhamdulillah Tuhan sayang pada bangsa kita," kata Kapolri dalam agenda Buka Puasa Bersama TNI-Polri di Lapangan Bhayangkara Mabes Polri, Selasa (2/4/2024).

1. Kunci pertahankan sinergitas

Kapolri Jendral Pol Listyo Sigit meninjau Pelabuhan Merak (dok. Humas Polri)

Listyo menambahkan, tren positif ini harus dipertahankan karena sinergitas adalah kunci, mengingat Indonesia baru saja menyelesaikan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 yang lekat dengan perbedaan pendapat.

"Kalau kita biarkan tentunya akan terus memunculkan polarisasi. Oleh karena itu, kita harus menjadi pelopor di dalam menjaga persatuan dan kesatuan, sehingga walaupun perbedaan pendapat yang ada, namun yang namanya persatuan dan kesatuan menjadi prioritas yang harus terus kita utamakan," katanya.

Baca Juga: Jelang Idul Fitri, Kapolri Beri Bantuan Sembako ke PUI

2. Kapolri soroti isu-isu global

Buka Puasa Bersama TNI-Polri di Lapangan Bhayangkara Mabes Polri, Selasa (2/4/2024) (IDN Times/Lia Hutasoit)

Menurut Sigit, penting untuk menjaga sinergi, soliditas, dan kebersamaan di tengah situasi global yang tidak stabil. Dia menyoroti kondisi di Gaza, di mana masyarakat di sana terus berjuang dengan konflik yang ada.

Di samping itu, dia juga menyoroti banyak negara yang menghadapi resesi ekonomi, dengan nilai mata uang rendah dan harga-harga melambung tinggi, menyebabkan penurunan daya beli masyarakat.

"Banyak saudara-saudara kita yang saat ini juga mungkin di bulan suci Ramadan, tidak bisa melaksanakan kegiatan yang sama dengan kita khususnya saudara-saudara kita yang saat ini berada di Gaza, bahwa pertumpuan di jalur Gaza antara Israel dan Palestina saat ini masih terus berlangsung dan kondisi perekonomian negara-negara di dunia yang juga sedang tidak baik-baik saja," katanya.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya