TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menkes Sarankan Pakai Masker KF94 dan KN95 Lawan Polusi Udara 

Masker KN95 efektif memfilter PM2.5 hingga 95 persen

Calon pengguna transportasi umum mengenakan masker saat melintasi kawasan Terowongan Kendal, Jakarta, Kamis (12/3/2020) (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

Jakarta, IDN Times - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin memberikan rekomendasi jenis masker yang dapat digunakan untuk menghadapi polusi udara di Jakarta Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) yang kian memburuk. Salah satu masker yang disarankan adalah KF94 atau KN95.

Hal ini disampaikan Budi saat Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI, Rabu (30/8/2023). 

"Langkah yang kita lakukan, kita juga rekomendasi. Jadi pakai masker apa yang bisa nyaring (partikel) 2,5 (mikrometer), karena ini paling kecil. Jadi kalau Ibu Felly (Ketua Komisi IX DPR RI, Felly Estelita) pakai masker, ya, silakan, Bu. Pakainya yang KF94 atau KN95," kata Budi dilansir secara daring.

Baca Juga: Menkes Usul RI Tiru China untuk Atasi Masalah Polusi Udara

1. Masker KN95 efektif menyaring partikel paling kecil PM2.5 hingga 95 persen

Ilustrasi protokol kesehatan(ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)

Budi mengatakan, masker tipe KF94 efektif bisa memfilter atau menyaring kurang lebih 95 persen Partikulat (PM2.5). Sementara itu, KN95 masih bisa disebut efektif memfilter partikel paling kecil PM2.5 sebesar 80-95 persen.

Sementara untuk masker kain, Budi mengatakan, efektivitasnya 95 persen jika digunakan di dalam ruangan saja. Apalagi bila ada pembersih udara atau air purifier dengan fitur penyaring debu ukuran mikro.

2. Polusi udara penyebab kematian tertinggi kelima di Indonesia

Menkes Budi Gunadi Sadikin (IDN Times/Uni Lubis)

Budi mengungkapkan, polusi udara berada di posisi kelima sebagai faktor risiko penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Posisinya berada setelah hipertensi atau tekanan darah tinggi, gula darah, merokok, dan obesitas.

"Polusi udara berdampak serius pada penyakit pernapasan, dan merupakan faktor risiko kematian tertinggi ke-5 di Indonesia," ujarnya.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya