TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sekolah Buka Juli 2020, IDAI Minta Belajar dari Rumah Dilanjutkan

Kemungkinan bulan Juli wabah belum teratasi dengan baik

Sejumlah siswa mengikuti sosialisasi penggunaan masker di Sekolah Tunas Global, Depok, Jawa Barat, Selasa (3/3/2020). Kegiatan tersebut sebagai upaya antisipasi Virus Corona pada usia dini dengan mengukur suhu tubuh saat memasuki sekolah dan mensosialisasi penggunaan masker yang benar saat sakit (ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/pd)

Jakarta, IDN Times - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) meminta agar kegiatan belajar anak usia sekolah dan remaja sebaiknya dilaksanakan dengan metode jarak jauh. Terkait dengan wacana pembukaan sekolah Juli 2020, IDAI meminta agar pemerintah tidak melakukannya.

Ketua Umum IDAI, Dr. Aman B Pulungan, menjelaskan bahwa hal tersebut dilakukan untuk menghindari transmisi langsung anak dan remaja saat berada di kerumunan.

"Ikatan Dokter Anak Indonesia menyampaikan apresiasi atas keandalan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam mengembangkan berbagai bentuk pembelajaran jarak jauh, termasuk bentuk kegiatan belajar daring. Hal ini disarankan untuk tetap dilanjutkan, mengingat kemungkinan bulan Juli wabah belum teratasi dengan baik," kata dia melalui keterangan resmi, Sabtu (23/5).

Baca Juga: 800 Anak Terpapar COVID-19, KPAI: Sekolah Bisa Jadi Klaster Baru

1. Pelonggaran PSBB harus perhatikan risiko penularan pada anak

Pekerja merapikan tempat tidur di area hotel di SMK Negeri 27 Jakarta, Selasa (21/4/2020). Pemprov DKI Jakarta menyiapkan sejumlah sekolah sebagai tempat tinggal tenaga medis dan ruang isolasi pasien COVID-19. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

Dia juga mengatakan bahwa wacana pelonggaran hingga penghentian Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) harus bisa berdasar pada analisis kurva epidemiologi yang dilihat secara saksama, dan meyakinkan, sehingga tidak membuat anak semakin berisiko terkena COVID-19.

"Kegiatan pendidikan anak usia dini sebaiknya dilakukan di rumah dalam lingkungan keluarga dalam bentuk stimulasi berbagai ranah perkembangan dalam lingkungan penuh kasih sayang oleh anggota keluarga yang sehat," kata Dr. Aman.

2. Utamakan pembatasan fisik agar penularan ke anak berkurang

(Ilustrasi anak-anak) IDN Times/Lia Hutasoit

Maka dari itu, Dr. Aman meminta agar tatanan kehidupan normal baru bisa disesuaikan dalam interaksi sosial budaya. Masyarakat harus bisa mengutamakan pembatasan fisik guna mencegah penyebaran COVID-19. Mulai dari beribadah, belajar, berkegiatan di rumah saja.

"Sebaiknya menghindari kontak fisik yang berisiko penularan, seperti mencium bayi. Anggota keluarga yang terpaksa keluar rumah untuk bekerja, terutama yang berisiko misalnya nakes (Tenaga Kesehatan), pengguna angkutan umum, bekerja di tempat keramaian, dan sebagainya, harus tetap melakukan pengendalian infeksi baik saat di tempat bekerja maupun saat tiba di rumah," kata dia.

Baca Juga: Ada 3.324 Anak di Indonesia Berstatus PDP COVID-19, Ratusan Meninggal

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya