UNESCO: 55 Jurnalis Tewas dan Alami Pelecehan Online Selama 2021
Bayar harga yang tinggi untuk ungkap kebenaran
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Kerja pers dan penayangan berita tak serta merta disajikan dengan kondisi yang baik dan aman, banyak hal yang terjadi di belakang layar sebelum sebuah berita atau informasi disajikan pada ribuan mata di dunia, salah satunya adalah kondisi sang jurnalis yang menjadi ancaman.
Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB yakni UNESCO mencatat selama 2021, ada sekitar 55 jurnalis yang meninggal karena dibunuh.
Melansir dari situs UN News, sembilan dari 10 pembunuhan sejak 2006 bahkan kasusnya belum terselesaikan. Hal ini dinilai sebagai impunitas yang mengkhawatirkan.
“Sekali lagi pada tahun 2021, terlalu banyak jurnalis yang membayar harga tertinggi untuk mengungkap kebenaran,” kata Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay, dikutip Kamis (3/2/2022).
Baca Juga: Dugaan Percobaan Pemerkosaan Jurnalis, Media Diminta Jaga Ruang Aman
1. Informasi faktual soal kematian jurnalis
Azoulay menjelaskan, dunia butuh informasi faktual yang independen lebih dari sebelumnya.
“Kita harus berbuat lebih banyak untuk memastikan bahwa mereka (jurnalis) yang bekerja tanpa lelah untuk menyediakan ini (berita dan informasi) dapat melakukannya tanpa rasa takut,” kata dia.
Memang angka ini adalah jumlah terendah selama satu dekade, tetapi UNESCO menggarisbawahi banyak bahaya yang dihadapi wartawan dalam mencoba meliput berita dan mengungkap sesuatu yang salah.
Baca Juga: Viral Cerita Dugaan Kekerasan Seksual di Kantor Media