TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Indonesia Ngotot Siapkan New Normal, Pakar: Kita Belum Banyak Testing

Belum testing banyak, kenapa pemerintah ngotot new normal?

Epidemiolog muda UNPAD, Panji Hadisoemarto (YouTube.com/Lapor COVID 19)

Jakarta, IDN Times - Epidemiolog UNPAD, Panji Hadisoemarto, bicara soal penerapan new normal atau normal baru yang sedang banyak dibicarakan pemerintah Indonesia di tengah pandemik COVID-19 ini.

Aturan dari WHO, menurut dia, menjadi tolak ukur paling sederhana untuk menilai apakah Indonesia sudah pantas untuk masuk ke kondisi normal baru atau belum.

"Kita belum melakukan cukup banyak tes untuk memastikan tidak ada orang yang terlewat," kata Panji dalam konferensi pers yang ditayangkan lewat kanal YouTube Lapor COVID 19, Sabtu (30/5).

Baca Juga: Ini Protokol Salat Jumat di Era New Normal dari Dewan Masjid Indonesia

1. Soroti beda cara Korea Selatan dan Indonesia tangani COVID-19

New Normal di sekolah di Korea Selatan (Twitter/@PHancocksCNN)

Menurut Panji, jika dibandingkan secara relatif dengan negara-negara lain yang lebih berhasil kapasitas Indonesia dalam penanganan COVID-19 masih terbilang jauh dari ekspektasi. Salah satu negara yang disorot Panji adalah Korea Selatan.

Korea Selatan dinilai Panji lebih banyak melakukan tes untuk warganya berlipat-lipat kali dibandingkan Indonesia.

"Kalau kita testing banyak itu, kita bisa lebih mungkin menemukan semua kasus," kata Panji.

Meski sudah banyak melakukan tes, Panji menyoroti Korea Selatan masih juga melewatkan beberapa kasus aktif yang tidak terdeteksi sehingga upaya mereka melakukan pelonggaran dan membuka tempat-tempat umum justru berujung menjadi klaster-klaster penyebaran baru.

"Tapi mereka kan surveilans-nya bagus dan cepat, jadi di dalam waktu hitungan hari saja sudah 4.000 orang dikarantina, 80 persen lebih sudah dites PCR. Kita gak akan sanggup melakukan itu," kata Panji lagi.

2. Indikator syarat pelaksanaan new normal harus dikejar

Jakarta di hari kedua PSBB, Sabtu (11/4). (Dok. Istimewa)

Menurut Panji, ada preokupasi terhadap statistik yang namanya angka reproduksi. Perhitungannya menurut dia saat ini lebih mudah karena ditunjang software namun orang jadi lupa bahwa kualitas datanya sebenarnya kurang baik.

"Kita belum mendekati (syarat normal baru) menurut saya," kata Panji.

"Jadi indikator-indikator yang ada itu tetap harus dikejar," sambung dia lagi.

Hal ini menurutnya perlu semakin gencar dilakukan mengingat pemerintah memutuskan akan segera melonggarkan PSBB.

Baca Juga: Bila Indonesia Tetap Lakukan New Normal, Ini Skenario Dampak Terburuk

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya