Mukjizat Nabi Muhammad SAW: Membelah Bulan hingga Dirindukan Pohon
Mukjizat diartikan secara umum memiliki dua makna
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Allah SWT memberikan sejumlah mukjizat kepada para rasul yang diutusnya di bumi, termasuk Nabi Muhammad SAW. Mukjizat yang diterima para rasul pun beragam.
Dilansir dari NU Online, mukjizat secara umum dapat diartikan menjadi dua makna. Pertama, sebagai kekuatan hujjah (argumentasi) dari ajaran yang dibawanya.
Kedua, sebagai pembuktian kalau orang yang dimaksud sebagai nabi atau rasul sebagai utusan Allah SWT. Kali ini, IDN Times akan membahas mengenai sejumlah mukjizat yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.
Baca Juga: Mengungkap Rahasia Alquran, Makna di Balik Ayat Alif Lam Mim
Baca Juga: Doa Nabi Sulaiman untuk Menjinakkan Hewan dan Jin
1. Membelah bulan jadi dua
Bila Nabi Musa mampu membelah laut merah, Nabi Muhammad SAW mendapat mukjizat mampu membelah bulan menjadi dua.
Sejumlah riwayat mencatat peristiwa Nabi Muhammad SAW membelah bulan.
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ االلهُ عَنْهُ، قَالَ: سَأَلَ أَهْلُ مَكَّةَ أَنْ يُرِيَهُمْ آيَةً «فَأَرَاهُمُ انْشِقَاقَ القَمَرِ
“Dari Anas, ia berkata: 'Penduduk Mekkah meminta Nabi agar menunjukkan suatu bukti kenabian pada mereka, maka Nabi Muhammad menunjukkan terbelahnnya bulan',"(HR Bukhari).
عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ، قَالَ: انْشَقَّ القَمَرُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِرْقَتَيْنِ، فِرْقَةً فَوْقَ الجَبَلِ، وَفِرْقَةً دُونَهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «اشْهَدُوا»
“Dari Ibnu Mas’ud, ia berkata: Bulan terbelah di masa Rasulullah SAW menjadi dua bagian. Satu bagian [terlihat] ada di atas puncak gunung dan satu bagian lagi di bawahnya. Lalu Rasulullah SAW berkata: 'Saksikanlah!'” (HR Bukhari).
Namun, penduduk Mekkah tidak mempercayainya, mereka menganggap apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW adalah sihir. Maka, mereka menunggu para musafir untuk mengonfirmasi kebenaran peristiwa tersebut.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ يَعْنِي ابْنَ مَسْعُودٍ، قَالَ: انْشَقَّ الْقَمَرُ بِمَكَّةَ حَتَّى صَارَ فِرْقَتَيْنِ فَقَالَ كُفَّارُ أَهْلِ مَكَّةَ: هَذَا سِحْرٌ سَحَرَكُمْ بِهِ ابْنُ أَبِي كَبْشَةَ انْظُرُوا السُّفَّارَ فَإِنْ كَانُوا رَأَوْا مَا رَأَيْتُمْ فَقَدْ صَدَقَ وَإِنْ كَانُوا لَمْ يَرَوْا مَا رَأَيْتُمْ فَهُوَ سِحْرٌ سَحَرَكُمْ بِهِ، قَالَ: فَسُئِلَ السُّفَّارُ وَقَدِمُوا مِنْ كُلِّ وَجْهٍ فَقَالُوا: رَأَيْنَاه
“Dari Abdullah ibn Mas’ud, ia berkata: Bulan telah terbelah di Mekkah menjadi dua, maka orang-orang kafir berkata: ‘Ini adalah sihir yang dilakukan oleh putra Abi Kabsyah (Nabi Muhammad) terhadap kalian. Tunggulah para musafir, bila mereka melihat apa yang kalian lihat, maka dia jujur. Bila mereka tak melihatnya, maka ini adalah sihirnya atas kalian’. Kemudian para musafir yang datang dari berbagai penjuru ditanya, mereka menjawab: ‘Kami melihatnya [terbelah]’” (HR Baihaqi dalam al-I’tiqad).
Peristiwa itu juga diabadikan dalam Al-Qur'an surat Al-Qamar. Terbelahnya bulan menjadi dua tidak berlangsung lama dan menyatu kembali.
Baca Juga: Kisah Nabi Sulaiman, Raja yang Memimpin Jin dan Bisa Bahasa Hewan