Sudah Musim Kemarau Tapi Masih Hujan, Begini Penjelasan BMKG
Penyebabnya karena ada dinamika atmosfer
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Sebagian besar wilayah Indonesia mulai memasuki musim kemarau yang biasanya terjadi pada Juli-Agustus. Namun hujan dengan intensitas sedang hingga deras masih turun di sejumlah daerah.
"Perlu dipahami bahwa cuaca dan iklim di wilayah Indonesia itu dipicu oleh berbagai faktor dinamika atmosfer, mulai dari skala global hingga regional dan lokal. Hingga awal Juli ini, faktor dinamika atmosfer global yang aktif adalah El Nino dengan kategori lemah," ujar Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Guswanto, dalam keterangan tertulis, Rabu (5/7/2023).
Guswanto mengatakan, berdasarkan analisis terakhir, ada beberapa faktor dinamika atmosfer skala regional hingga lokal yang saat ini berperan cukup signifikan memicu peningkatkan pertumbuhan awan hujan.
"Sehingga menyebabkan dalam sepekan ini masih terjadi potensi hujan di beberapa wilayah dan bahkan dalam beberapa hari kedepan masih cukup aktif di wilayah Indonesia," sambungnya.
Baca Juga: 8 Jenis Hujan dalam Kosakata Bahasa Inggris, Gerimis atau Hujan Badai?
Baca Juga: BMKG Catat 21 Kecamatan Masuk Level Awas dan Siaga Kekeringan di NTB
1. Ada aktivitas gelombang Kelvin dan Rossby
Guswanto menerangkan, dinamika atmosfer itu salah satunya dipicu adanya aktivitas gelombang Kelvin dan Rossby ekuatorial di sekitar wilayah Indonesia. Aktivitas itu memicu peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan.
"Terjadinya pola belokan dan perlambatan angin di sekitar wilayah Indonesia bagian utara yang dipicu oleh adanya pola sirkulasi di sekitar Laut China selatan dan utara Sulawesi, kondisi ini dapat turut memicu peningkatan pertumbuhan awan hujan," kata dia.
Baca Juga: 12 Tempat Wisata Indonesia yang Terbaik Dikunjungi saat Musim Kemarau