TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Wamen LHK Instruksikan Jajarannya Antisipasi Karhutla Usai La Nina

WamenLHK meminta jajarannya untuk waspada karhutla

Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Wamen LHK) Alue Dohong. (youtube.com/BMKG)

Jakarta, IDN Times - Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Wamen LHK), Alue Dohong, memberi arahan kesiapan dan antisipasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) usai fenomena La Lina. Pusat layanan iklim dunia memprediksi puncak La Nina terjadi pada awal 2022.

Alue meminta kepada jajarannya untuk meningkatkan pemantauan titik panas atau hotspot di wilayah rawan karhutla.

"Memantau dan menganalisis prediksi cuaca harian, serta potensi karhutla dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika)," ujar Alue dalam acara 'Rakornas Kesiapan dan Antisipasi La Nina' yang disiarkan di kanal YouTube BMKG, Jumat (29/10/2021).

Baca Juga: Pusat Layanan Iklim Dunia Prediksi Puncak La Nina Terjadi Awal 2022

1. Kewaspadaan harus ditingkakan pasca-La Nina

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

Alue meminta kepada jajarannya untuk meningkatkan kewaspadaan dan patroli untuk mencegah karhutla pasca-La Nina. Dia kemudian membuat sejumlah skema, rinciannya sebagai berikut:

- Januari-Februari 2022 dilakukan kewaspadaan dan patroli secara intensif di Aceh, Riau, Sumatra Utara, Kalimantan Barat, Riau dan Kalimantan Barat.
- April-Juni 2022, di Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan bagian selatan.
- Agustus-Oktober 2022 dilakukan pemantauan dan patroli di seluruh provinsi yang berpotensi karhutla.

Kemudian KemenLHK juga akan mengevaluasi dan merencanakan kembali teknologi modifikasi cuaca (TMC) di wilayah yang berpotensi karhutla. Berdasarkan evaluasi yang sudah dilakukan Maret-Oktober 2021, hasil TMC meningkatkan curah hujan 2-69 persen.

Hal itu dapat membantu memadamkan sejumlah hotspot. Sehingga, kebakaran hutan dan lahan dapat diantisipasi.

2. Puncak La Nina diprediksi awal 2022

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati. (youtube.com/BMKG)

Dalam Rakorknas itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menerangkan suhu muka laut Samudra Pasifik semakin dingin. Saat ini, suhu anomalinya sudah -0,92 yang mengindikasikan intensitas La Nina.

"Apabila mencapai -1, itu artinya sudah mulai La Nina dengan intensitas moderat," kata Dwikorita.

Dengan penguatan intensitas itu, pusat layanan iklim dunia memperkirakan La Nina akan terjadi hingga level moderat.

"Prediksi puncaknya Januari-Februari 2022," ungkapnya.

Baca Juga: Antisipasi Dampak La Nina, Mensos Minta Tagana Gandeng Kopassus

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya