TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kemensos Evakuasi 18 Anak Panti Asuhan yang Menjadi Korban Kekerasan

Kekerasan diduga dilakukan oleh pengasuh

Kemensos mengvakuasi 18 anak yang menjadi korban kekerasan di panti asuhan di Palembang. (Dok. Kemensos)

Jakarta, IDN Times - Kementerian Sosial (Kemensos) memberi respons atas terjadinya kasus kekerasan yang dialami 20 anak di panti asuhan yatim piatu dan dhuafa. Menteri Sosial Tri Rismaharini telah mengarahkan timnya untuk mengevakuasi anak-anak tersebut dan memberi tempat penampungan di Sentra Budi Perkasa, Palembang.

“18 anak telah mendapatkan perlindungan dan pendampingan di Sentra Budi Perkasa di Palembang. Dua anak kembar, kembali ke pengasuhan orangtuanya. Untuk proses hukum terhadap pelaku, sedang berlangsung di penyidik Polresta Palembang,” kata Wahyu Dewanto, selaku Kepala Sentra Budi Perkasa di Palembang (27/2).

Baca Juga: Panti Asuhan Tempat Anak Disiksa Pemiliknya Terakreditasi Kemensos

1. Panti asuhan yatim dan dhuafa dikelola oleh perorangan

Kemensos mengvakuasi 18 anak yang menjadi korban kekerasan di panti asuhan di Palembang. (Dok. Kemensos)

Sebelumnya Mensos sempat merespons pemberitaan media yang mengungkapkan adanya kekerasan terhadap 18 anak di panti asuhan oleh pengelola panti. Atas informasi tersebut tim Sentra Budi Perkasa melakukan koordinasi dengan pihak terkait di Kecamatan Ilir Timur, Kota Palembang.

Diketahui, panti asuhan yatim dan dhuafa tersebut dikelola oleh perorangan yakni, H (40) yang juga bertanggung jawab sebagai pengasuh. 

“Kekerasan diduga dilakukan oleh H. Kekerasan dipicu salah satunya oleh D, anak penyandang disabilitas yang buang air besar di celana lalu langsung sholat. Ini memicu kemarahan H,” kata Wahyu.

Dari total 20 anak korban kekerasan, sebanyak 18 anak telah dievakuasi ke Sentra Budi Perkasa. Ada 2 anak usia 5,5 tahun (kembar) tidak menetap di panti, tetapi tinggal dengan orangtuanya. Usia anak-anak bervariasi antara 5,5 tahun hingga 18.

“Anak-anak di panti mengalami pemukulan dan kekerasan verbal termasuk D anak penyandang disabilitas. Kekerasan diduga dipicu oleh himpitan ekonomi dan kondisi sakit pada setahun terakhir berupa gangguan kecemasan (dalam proses pemeriksaan lebih lanjut). H menjadi cepat pemarah,” kata Wahyu.

2. Beri layanan pemulihan psikis dan trauma

Gedung Kemensos (dok. Kemensos)

Dari hasil penyelidikan, anak asuh mengaku, kekerasan fisik paling sering dialami pada anak-anak perempuan. “Bentuk kekerasan macam-macam. Dari kekerasan verbal berupa hinaan dan cacian, anak-anak juga mengalami pemukulan dan benturan ke dinding,” katanya.

Untuk mengatasi trauma, Sentra Budi Perkasa memberikan layanan pemulihan psikis dan trauma pasca kejadian. “Petugas Sentra telah memberikan pemulihan psikis berupa trauma healing dan hipnoterapi,” tambah Wahyu.

Sentra Budi Perkasa juga berkoordinasi dengan kepolisian dan Dinsos Kota Palembang terkait perkembangan kasus dan status operasional panti asuhan. “Kami memastikan anak-anak tetap sekolah dengan fasilitas transportasi mobil pengantaran anak ke sekolah oleh Sentra Budi Perkasa,” ujarnya.

Kemensos pun melakukan asesmen terhadap keluarga korban terkait dengan kondisi sosial ekonomi untuk perencanaan anak selanjutnya.

Baca Juga: Cegah Kenakalan Remaja, Kemensos Edukasi Anak Sekolah Master Depok

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya