TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Semangat di Balik Coretan Dinda Menyambut Asian Games 2018

Masyarakat bersemangat menyambut Asian Games 2018

Dok. IDN Times/Istimewa

Jakarta, IDN Times - Dinda tertidur pulas beralaskan terpal dan diselimuti debu jalanan. Bising knalpot dan asap kendaraan tak membuat siswi SMP itu terbangun dari mimpinya. Padahal pekerjaannya baru selesai sebagian.

Beberapa hari ini Dinda memang harus begadang, untuk menuntaskan pekerjaan barunya, mural Asian Games 2018. Selasa, 7 Agustus 2018, lukisan di tembok itu harus tuntas.

"Karena dikejar jam 9 pagi, hari Selasa harus selesai. Sedangkan Selasa Dinda mau masuk sekolah, karana ada ulangan. Akhirnya ngebut sampai jam 3 pagi (selesai)," ujar Amalia, ibunda Dinda, Rabu 8 Agustus lalu.

Dok. IDN Times/Istimewa

Tak mudah memang bagi Dinda untuk menuntaskan pekerjaan yang satu ini. Pertama, ini pengalaman perdana dia membuat mural. Kedua, lokasi mural di tiang tol dengan ketinggian hingga lima meter. 

Belum lagi posisi tiang tol ini diapit busway alias jalur bus Transjakarta, sehingga terlalu berisiko. Di sisi lain tidak ada safty atau pengaman, alhasil pergerakan Dinda saat mural terbatas. 

Tapi semua ini adalah tantangan baru buat Dinda. Karena melukis adalah hobinya. Pekerjaan ini dijalani dengan sungguh-sungguh dan penuh sukacita, meski pun nyawa taruhannya.

"Kata dia asyik mah ikut, bisa tahu cara mural gimana," ujar Amalia.

Baca Juga: Keren, Kendaraan Hias Kemenpar Promosikan Asian Games di TIFF 2018

1. Semangat gotong royong

Dok. IDN Times/Istimewa

Untuk mengerjakan mural ini, Dinda memang tidak sendirian. Ia dibantu tiga teman sekolahnya. Luas area mural yang diperkirakan mencapai sembilan meter itu, memang sulit dirampungkan sendirian dalam waktu singkat, mengingat ada beberapa kendala.

Meski sudah dibantu tiga temannya, namun Dinda baru bisa merampungkan muralnya empat hari. Selain ada beberapa kendala di lokasi, konsep awal dan kenyataan di lapangan ternyata berbeda.

Sehingga siswi kelas 8 SMP 5 Klari, Kabupaten Karawang itu harus menambahkan beberapa objek di muralnya. Area muralnya terlalu luas dari desain konsep awal.  

"Banyak tambahan dari konsep awal. Makanya perkiraan Sabtu-Minggu selesai, jadi nambah harinya," ujar Amalia.

"Karena itu lokasi baru pertama kali lihat, jadi aplikasi ke tiang (tol) malah berkembang dari konsep awal. Karena sambil jalan, sambil mikir, banyak yang ditambahin sama mereka," imbuh perempuan bernama lengkap Amalia Wijayanti itu.

Dok. IDN Times/Istimewa

Tak hanya itu, ada kendala lain saat Dinda harus menyelesaikan mural ini. Tiga temannya harus sekolah, sehingga ayah Dinda dan teman ibunda ikut membantu, menggantikan ketiga temannya.

Dinda juga terpaksa harus izin sekolah dua hari, karena mural ini tak cukup diselesaikan dua hari saat akhir pekan. "Terpaksa izin sekolah. Izin dua hari, Sabtu sama Senin," ujar ibu dua anak itu.

Bantuan dari sang ayah dan teman ibundanya juga tidak maksimal. Karena sang ayah hanya bisa membantu saat hari Minggu. Karena hari biasa mereka harus bekerja. Begitu juga teman ibundanya, yang ternyata takut dengan ketinggian.

"Karena lokasi tinggi, ada teman, Pak Djarots yang bersedia bantu ngeblok sisi-sisi tiang. Terus dibantu Pak Djarot itu, yang ternyata takut ketinggian," ujar perempuan bernama lengkap Amalia Wijayanti itu, tertawa.

Setelah dikerjakan beberapa hari sejak 4 Agustus lalu, Dinda akhirnya dapat merampungkan mural Asian Games 2018 pada Selasa dini hari, 7 Agustus.

"Jam 3 pagi akhirnya selesai," ujar Amalia.

Baca Juga: Cover Lagu Asian Games 2018 dari 5 YouTuber Ini Keren Banget!

IDN Times/Rochmanudian

Namun, panitia mensyaratkan satu tim ada empat orang, karena itu, bocah kelahiran Blora 21 Februari 2005 itu mengajak tiga teman sekolahnya untuk mengerjakan mural. Dinda akhirnya mendapat lokasi mural persis di tiang tol perempatan Jalan Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur.

Di sisi lain, selama proses pengerjaan mural, Dinda juga harus dikawal sang ibundanya. Karena bagaimana pun bocah 13 tahun itu masih membutuhkan pengawasan dari orangtuanya.

"Aku terus ngawal dia, siang malem. Dinda itu suka muncul gilanya kalau lagi ngelukis. Suka lupa waktu. Di rumah aja kalau lagi libur, suka begadang melukis sampai pagi," ujar Amalia.

Satu hal yang membuat Dinda bersemangat mengikuti ajang perlombaan ini, karena dia ingin terlibat langsung untuk mendukung dan menyukseskan Asian Games 2018 dengan cara tersendiri.

"Ya pastinya rasa bangga bisa ikut terlibat meramaikan acara Asian Games dengan cara berbeda, dan mudah-mudahan coretan Dinda bisa memperindah Jakarta," tutur Amalia.

2. Dinda harus menerima kekalahan tapi punya pengalaman baru

Dok. IDN Times/Istimewa

Pekerjaan yang cukup melelahkan ini rupanya diperlombakan namun tidak membuahkan hasil. Dinda harus menerima kekalahan lomba mural untuk menyambut ajang olahraga Asian Games 2018.

Tapi itu tidak membuat Dinda patah hati, karena ini hanya bagian dari dukungan untuk Asian Games 2018. Bagi anak pasangan Amalia Wijayanti dan Juni Murni Setiyono itu, menang kalah sudah biasa. Karena sejak kecil ia sudah terbiasa mengikuti berbagai perlombaan melukis.

"Dari kecil udah bisa ikut perlombaan, udah biasa," ujar Amalia.

Justru perlombaan mural ini menjadi pengalaman baru sekaligus pemacu semangat Dinda dalam berkarya di dunia seni. Sebab, jika mau hitungan kasar, perjungan dan hadiah yang diperoleh Dinda tidak lah sebanding. 

Pertama, Dinda harus melibatkan keluarga dan teman sekolahnya beberapa hari, yang otomatis memakan biaya yang tidak sedikit selama proses menyelesaikan mural. Sementara, panitia memberikan akomodasi Rp1 juta kepada setiap tim dan peralatan seperti cat dan dastang atau rangka besi.

"Dinda dari panitia cuma dikasih Rp1 juta untuk tim selama empat hari," ujar Amalia.

Dok. IDN Times/Istimewa

Banyak pengalaman menarik yang menjadi pelajaran Dinda. Mulai tidur di jalanan, bermalam di antara tumpukan kertas di kantor percetakan milik teman ibundanya, sampai harus mencari-cari tempat buang hajat yang sulit didapat.  

"Ini pengalaman berharga, bisa menjadi militan, bisa tidur di jalanan. Kita numpang nginep di kantornya mas Deskam, kantor percetakan, kita tidur di antara tumpukan kertas. Belum lagi cari-cari toilet buat buang air karena panitia gak nyediain, giliran sudah dapat di kantor polisi, malah mampet," kenang Amalia.

Ada yang membuat Dinda merasa bangga saat terlibat dalam pembuatan mural Asian Games 2018. Di antara ratusan seniman mural, dia salah satu yang terpilih untuk menghias tiang tol mulai pintu tol Rawamangun sampai pintu tol Pulomas. Semuanya ada 200 seniman yang terpilih untuk menghias 73 tiang tol.

 

Sejak awal, Dinda juga sangat bersemangat mengikuti perlombaan ini. Dia mengirimkan desain bertema Asian Games 2018 kepada panitia, hingga akhirnya ia terpilih. 

"Dia membuat dua desain sendiri pakai komputer, terus dikirim ke panitia. Alhamdulillah, terpilih," ujar Amalia, yang harus mongawal Dinda hingga pengerjaan mural selesai.

Baca Juga: Mengintip Kampung Warna Warni Jelang Asian Games 2018

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya