Beda Istilah, Luhut: PSBB Lahir dari Bawah, PPKM Perintah dari Atas
PPKM akan diterapkan di tingkat RT dan RW
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Wakil Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Luhut Pandjaitan menegaskan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berbeda. Perbedaan itu terletak pada poin siapa yang mengusulkan dan memberi instruksi.
"PSBB itu lahir berdasarkan permintaan dari bawah (pemerintah daerah), jadi gak seragam (pemberlakuannya). Tapi, kalau PPKM, itu perintah dari atas (pemerintah pusat). Jadi, kami bisa memberitahukan (saat) PPKM seluruhnya untuk melakukan ini," ujar Luhut ketika menggelar dialog perdana virtual dengan para dokter-epidemiolog terkait penanganan wabah pada Kamis (4/2/2021).
Namun, pria yang juga menjabat Menko Kemaritiman dan Investasi itu mengatakan, pemerintah tak lagi ingin menerapkan konsep yang sama selama PPKM. Pemerintah berencana PPKM diberlakukan di tingkat lingkungan terkecil, hingga ke RT dan RW.
"Kami fokus ke micro target, supaya orang tetap bisa jalan. Jadi, misalnya satu kampung dianggap menjadi sumber (penularan), ya kita lockdown saja," tutur Luhut kepada para ahli.
Usulan untuk membatasi pergerakan manusia hingga ke tingkat RT/RW merupakan salah satu tindak lanjut ketika PPKM akan berakhir pada 8 Februari 2021. Sementara, pergerakan manusia diperkirakan kembali tinggi ketika libur Imlek pada 12 Februari 2021.
"Jadi, kami sudah hampir sepakat libur pekan depan tidak akan kami lakukan (beri libur tambahan). Sebab, setiap habis libur panjang selalu menimbulkan masalah (kasus harian naik)," katanya.
Apa tanggapan para epidemiolog terkait usulan pemerintah yang ingin membatasi pergerakan masyarakat hingga ke lingkungan RT/RW?
Baca Juga: Menteri Luhut: Target Kita 70 Persen Herd Immunity
Baca Juga: Epidemiolog Diskusi Perdana dengan Menko Luhut, Apa Masukan Mereka?
1. Lockdown di lingkungan RT/RW dinilai tak efektif cegah virus corona
Epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI), Dr Pandu Riono, menilai pembatasan pergerakan masyarakat hingga ke tingkat RT/RW tidak akan efektif untuk mencegah penyebaran virus Sars-CoV-2. Sebab, ia memperkirakan warga akan tetap berinteraksi dengan lainnya di lingkungan tempat tinggal.
"Misalnya, warga pada hari Minggu mau berolahraga bareng, emang gak boleh? Mereka tetap bersosialisasi," ujar Pandu ketika dihubungi IDN Times, Kamis (4/2/2021) malam.
Pandu termasuk salah satu epidemiolog yang diundang dan menyampaikan penilaiannya soal penanganan wabah ke Luhut. Menurut Pandu, langkah untuk menekan penularan virus corona yaitu dengan meningkatkan TLI (tracing, lacak dan isolasi).
Ia juga mengingatkan pemerintah terus mengawasi warga yang melakukan isolasi mandiri. Sebab, apabila ada satu warga yang tertular COVID-19 tak mengikuti protokol isolasi dengan baik, maka bisa menjadi spreader ke individu lain.
Pandu tak menentang ide PPKM ingin diperpanjang di Pulau Jawa dan Bali, namun aturan mainnya harus diperketat dan penerapannya harus konsisten. Selain itu, ia mengingatkan pemerintah agar menggandeng masyarakat dalam upaya penanganan wabah. Fase penularan yang kini terjadi sudah sampai di lingkungan terdekat, yaitu keluarga.
"Sebaiknya, masyarakat diajak agar waspada saat hadir di acara-acara keluarga, pernikahan hingga keagamaan. Salah satu yang jadi sumber penularan cukup tinggi ketika akhir tahun 2020 digelar pesta pergantian tahun di rumah. Itu yang membawa bencana," ujarnya lagi.
Editor’s picks
Baca Juga: Melalui Petisi, Epidemiolog Desak Vaksinasi COVID Lansia Didahulukan