Golkar, PPP dan PAN Bentuk Koalisi Atas Arahan Jokowi? Ini Kata Istana
Pengamat menduga KIB terbentuk atas arahan Istana
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Ali Mochtar Ngabalin, membantah ada arahan dari Istana terkait pembentukan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) pada 12 Mei 2022.
KIB terdiri dari tiga partai politik pendukung pemerintah yakni Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Golongan Karya (Golkar).
"Tidak ada (arahan dari Istana). Yang pasti sekarang presiden tengah berkonsentrasi penuh terhadap pembenahan terkait masalah-masalah yang belum selesai, seperti pandemik COVID-19," ungkap Ngabalin di Istana Negara, Senin (23/5/2022).
Di sisa waktu kurang dari dua tahun ini, kata Ngabalin, bakal dimanfaatkan Presiden Joko "Jokowi" Widodo untuk menuntaskan agenda-agenda pembangunan strategis nasional. Ia pun menilai tak masalah bila tiga parpol pengusung pemerintah justru membentuk koalisi sejak jauh-jauh hari.
"It's okay (mereka membentuk koalisi). Ketua-ketua umum partai itu kan kemudian memainkan peran-peran dengan cara dan teknis mereka," kata Ngabalin.
Ia menegaskan, saat ini konsentrasi Jokowi hanya pada penyelesaian program-program strategis nasional dalam dua tahun terakhir. Namun, ia tidak menyebut program strategis apa saja yang masuk dalam prioritas mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Lalu, apa komentar Ngabalin soal dugaan Jokowi yang memberikan sinyal bakal mendukung Ganjar Pranowo pada pemilu 2024?
Baca Juga: Pembentukan Koalisi Indonesia Bersatu Diduga karena Arahan Istana
1. Jokowi tak mau buru-buru berikan dukungan pada capres 2024
Sementara, Ngabalin mengartikan, arahan Jokowi kepada relawan Pro Jokowi (ProJo) di Magelang pada 21 Mei 2022 sudah tepat. Jokowi meminta kepada relawan ProJo tidak mendesaknya buru-buru menjatuhkan dukungan pada sosok capres di pemilu 2024.
"Ya, namanya juga politik. Dinamikanya selalu berubah dan dinamis. Jadi, teman-teman tidak bisa membicarakan sesuatu lebih awal. Istilahnya, Belanda masih jauh, ojo kesusu, jangan terburu-buru," kata dia.
Situasi politik, menurut Ngabalin, bisa berubah, bahkan dalam hitungan detik. Maka, selaku pemimpin, kata dia, Jokowi sudah paham betul pemimpin mana yang sukses.
"Siapa pemimpin, yang memiliki kapabilitas, kapasitas, kemampuan memimpin dan mengerti pemerintahan. Apalagi bangsa ini begitu heterogen," ujarnya.
Presiden Jokowi, kata Ngabalin, punya wacana besar tentang bagaimana kehidupan orang dari beragam suku dan agama bisa hidup berdampingan serta damai.
"Negeri ini harus damai, moderasi beragama harus ada. Pokoknya gagasan-gagasan besar itu tidak pernah lepas dari pemikiran Presiden Jokowi," tuturnya.
Baca Juga: 5 Potret Ganjar Dampingi Jokowi Saat Blusukan Migor di Pasar Muntilan