TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

JK Optimistis Anies Baswedan Menang Pemilu 2024

Padahal, elektabilitas Anies di survei paling rendah

Instagram @aniesbaswedan

Jakarta, IDN Times - Mantan Ketua Umum Partai Golkar, Jusuf "JK" Kalla, mengaku optimis bakal capres Anies Baswedan bisa memenangkan pemilu 2024. Meskipun elektabilitas Anies di sejumlah survei berada di posisi buncit. 

Mengutip hasil survei Indikator Politik Indonesia (IPI) yang dipaparkan pada 23 Juli 2023 lalu, elektabilitas Anies ada di angka 21,5 persen. Angka itu diperoleh dari pertanyaan bila responden diminta memilih dari simulasi tiga nama bakal capres. 

Sementara, elektabilitas Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto memiliki selisih sangat tipis. Gubernur Jawa Tengah itu memiliki elektabilitas 35,7 persen. Sedangkan, elektabilitas Prabowo ada di angka 36,8 persen. 

Survei IPI dilakukan dengan melibatkan 1.220 responden dan tingkat kepercayaan mencapai 95 persen. Sementara, tingkat margin of error (MoE) mencapai 2,9 persen. 

Menurut JK, responden itu tidak menggambarkan keseluruhan aspirasi dari ratusan juta penduduk Indonesia. Ia membandingkan dengan situasi mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang juga memiliki elektabilitas rendah. Namun, pada akhirnya ia terpilih dan mampu mengalahkan capres dari Partai Demokrat, Hillary Clinton.

"Trump ketika itu elektabilitasnya juga rendah menurut para peneliti. Tapi, dia bisa terpilih. Pilihan dari 1.200 orang tidak menggambarkan pemilih 205 juta. Ada caranya tapi saya kira pasti tidak terlalu akurat. Itu kan trennya saja," ungkap JK di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat pada Senin (31/7/2023).  

Meski dengan tingkat elektabilitas terendah, tetapi dalam berbagai kesempatan, Anies merasa jalannya untuk maju di pilpres 2024 tidak mulus. Ia menyebut ada pihak-pihak tertentu yang ingin menjegalnya agar tak lolos hingga ke tahap proses pendaftaran ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). 

Baca Juga: Anies: Tidak Ada Utang yang Harus Dilunasi, Pilkadanya Kan Menang

1. JK sebut elektabilitas Anies di Pilkada DKI rendah tapi terpilih jadi gubernur

Anies Baswedan usai Salat Jumat di Balai Kota DKI Jakarta (Dok. Istimewa)

Lebih lanjut, JK mengatakan peristiwa serupa sudah pernah terjadi di Pilkada DKI Jakarta pada 2017. Saat itu, elektabilitas Anies juga paling rendah. Namun, pada akhirnya ia bisa masuk ke putaran kedua dan mengalahkan Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama. 

"Waktu di DKI juga kan Anies (elektabilitasnya) terendah. Di posisi ketiga, tapi kemudian dia terpilih. Itu dengan jumlah pemilih lebih kecil sekitar 7 juta yang diwakili jumlah responden 1.200," kata pria yang pernah menjabat sebagai Wakil Presiden ke-10 dan ke-12. 

Menurutnya, peluang untuk terpilih akan lebih besar lagi bila yang disurvei 1.200 responden untuk mewakili sample 205 juta pemilih. "Kan tidak mudah menyimpulkan dan membawa ke arah situ," tutur dia. 

Mengutip data dari KPU DKI Jakarta, jumlah suara yang berhasil diraup Anies dan Sandiaga Uno ketika itu mencapai 5,5 juta atau 57,96 persen. 

2. Anies merasa langkahnya jadi bakal capres 2024 dijegal

Relawan Amanat Indonesia (Anies) deklarasi dukung Anies Baswedan capres 2024 (IDN Times/Istimewa)

Sementara, dalam peringatan milad ke-21 Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Anies kembali menyinggung bahwa ada sejumlah pihak yang ingin ia tidak bisa maju dalam kontestasi demokrasi 2024. Bahkan, tekanan terhadap Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) terasa begitu tinggi.

Maka, ia pun mengaku heran. Lantaran tekanan terhadap koalisi parpol yang mengusungnya tetap tinggi meski, dalam sejumlah lembaga survei menempatkannya di posisi buncit. 

"Karena kalau di survei nomor tiga buat apa dijegal? Kan di survei nomor tiga. Kalau di survei nomor tiga tapi tetap menjegal mungkin dia punya hasil survei yang sesungguhnya yang kita tidak tahu. Ini kan logika sederhana saja. Kalau elektabilitas saya rendah ya gak usah dijegal," ujar Anies pada 18 Mei 2023 lalu di Yogyakarta. 

Ia pun menganggap sejumlah survei yang dilakukan oleh lembaga survei nasional hanya dijadikan referensi dan tidak menyebabkannya demotivasi. Anies membeberkan situasi serupa pernah ia alami saat berkontestasi di Pilgub DKI Jakarta pada 2017 lalu.

Anies yang kala itu berpasangan dengan Sandiaga Uno selalu berada di posisi bawah dalam survei. Meski demikian, akhirnya justru Anies-Sandiaga yang memenangkan Pilgub DKI Jakarta.

"Saat Pilkada Jakarta tidak ada satupun survei yang memenangkan kami. Sampai saat itu saya bilang, 'ini sebenarnya hasil aspirasi masyarakat atau aspirasi penyelenggara survei?'" tanyanya. 

Baca Juga: Heboh! Foto Anies Haji Bareng Gibran: Kok Ada Saya

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya