TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ahli Epidemiologi: Indonesia Belum Siap untuk Skenario New Normal

Harus ada perubahan perilaku masyarakat

Hanya 5 Jam, Mobile Laboratory BIN Bisa Temukan Hasil Positif COVID-19 (Dok. Istimewa)

Jakarta, IDN Times - Pemerintah tengah mempersiapkan skenario new normal atau normal baru di tengah pandemik virus corona atau COVID-19. Persiapan skenario new normal tersebut menyusul peringatan World Health Organization (WHO) tentang virus corona yang kemungkinan tak akan hilang.

Namun, melihat jumlah kasus yang terus meningkat, ahli epidemiologi dari Universitas Griffith di Australia, Dicky Budiman, mengatakan bahwa Indonesia belum siap menerapkan skenario new normal.

"Artinya pada saat ini kita belum pada tahap kesiapan yang diharapkan," kata Dicky saat dihubungi IDN Times, Sabtu (23/5).

Baca Juga: Pemerintah Siapkan Aturan New Normal dan Segera Diputuskan Jokowi 

1. Pola aturan baru dalam new normal harus bisa disosialisasikan pada masyarakat

Ilustrasi swab test. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Dicky menyampaikan, jika pemerintah ingin menerapkan skenario new normal, maka harus membuat pola aturan baru dalam masyarakat. Seperti saat bersosialisasi, bekerja, dan beraktivitas. Hal itu tentunya perlu diedukasikan dan disosialisasikan kepada masyarakat dan jajaran lembaga pemerintahan di berbagai tingkatan.

"Ini proses yang perlu waktu dan juga strategi yang tepat. Sementara itu intervensi utamanya seperti testing tracing tidak bisa dikendurkan, malah harus ditingkatkan, kualitas dan kuantitasnya," jelas Dicky.

2. Harus ada fase-fase dan indikator yang tepat untuk skenario new normal

New Normal di sekolah di Korea Selatan (Twitter/@PHancocksCNN)

Dicky menyebut, masyarakat masih belum siap untuk mengikuti skenario new normal. Menurut dia, kurangnya sosialisasi dari pemerintah menjadi salah satu faktor ketidaksiapan masyarakat.

"Kita juga harus belajar sangat dari Brazil, negara tropis yang saat ini akan menyusul USA dalam jumlah kasus dan kematian. Juga harus dibuat fase-fasenya dan indikatornya. Sehingga jelas, terarah, dan terukur," ucapnya.

Baca Juga: Pedoman New Normal dari WHO Saat Pandemik COVID-19, Begini Isinya

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya