ACT Respons Kekeringan di Gunungkidul dengan Kirim Air Bersih
Krisis air terjadi di 10 kecamatan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Gunungkidul, IDN Times– Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul, setidaknya kini 10 dari 18 kecamatan di Gunungkidul mengalami kekeringan dan berpotensi krisis air bersih. Sepuluh kecamatan yang mengalami kekeringan tersebut, yakni Kecamatan Girisubo, Purwosari, Rongkop, Tepus, Ngawen, Ponjong, Semin, Patuk, Semanu, dan Paliyan dengan rincian, yakni 50 desa dan 21.519 kepala keluarga atau warga terdampak mencapai 76.514 jiwa.
Sebagai bentuk respons cepat terhadap bencana kekeringan di Gunungkidul tersebut, Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) menyiapkan program untuk membantu masyarakat terdampak kekeringan di Gunungkidul itu.
“Kita siapkan program dropping air bersih sebanyak 500 tangki untuk wilayah-wilayah Gunungkidul yang saat ini tengah mengalami kekeringan dan berpotensi krisis air bersih. Dropping akan menggunakan truk tangki berkapasitas 5.000 liter/tangki dan akan berkeliling setiap hari di Gunungkidul untuk mendistribusikan air bersih bagi masyarakat,” ujar Bagus Suryanto, Kepala Cabang ACT DIY.
1. Setiap musim kemarau, Gunungkidul mengalami kekeringan
Bencana kekeringan di Kabupaten Gunungkidul bukan kali pertama; setiap musim kemarau, kabupaten tersebut mengalami kekeringan. Pada 2018 saja, lebih dari 100.000 jiwa menjadi korban. Krisis itu terjadi akibat kondisi geografis tanah yang didominasi bebatuan karst berongga yang menyebabkan air hujan sulit untuk tertampung di permukaan tanah.
Upaya pemulihan vegetasi hutan di Gunungkidul pun membutuhkan waktu hingga 30 tahun. Selain itu, sumber air tanah berada pada kedalaman di atas 100 meter sehingga hampir dipastikan ketika musim kemarau tiba, warga masyarakat Gunungkidul membutuhkan suplai air bersih dari luar daerah.