Analis Militer: Kalimat Prabowo soal Gaza yang Lemah Bisa Misleading

Jakarta, IDN Times - Analis militer dari Center for Intermestic and Diplomatic Engagement (CIDE), Anton Aliabbas, mewanti-wanti Prabowo Subianto bahwa pernyataannya terkait Jalur Gaza bisa memicu persepsi yang keliru. Sebab, kalimatnya di sesi debat capres pada Minggu kemarin yang menyebut Gaza adalah contoh wilayah yang lemah, butuh penjelasan lebih lanjut.
"Pertama, tidak semua negara di dunia memiliki tentara. Beberapa negara kecil seperti Andora, Vatikan, Kostarika dan Islandia misalnya, tidak memiliki tentara. Mereka tetap bisa menjadi negara berdaulat hingga kini," ujar Anton dalam keterangan tertulisnya, dikutip pada Jumat (12/1/2024).
Artinya, pengelolaan pertahanan negara dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan negara lain. Kedua, kata Anton, serangan di Gaza harus diletakkan dalam konteks status negara berdaulat.
"Hingga kini, Israel yang melakukan serangan militer di Gaza tidak menganggap Palestina sebagai negara yang berdaulat. Di sisi lain, Palestina menganggap pendudukan Israel di wilayahnya merupakan bentuk penjajahan. Oleh karena itu, salah satu elemen Palestina, Hamas, melawan dengan pendekatan militer," katanya lagi.
1. Prabowo lebih tepat gunakan Ukraina sebagai contoh negara dengan militer lemah
Lebih lanjut, Anton mengatakan bahwa lebih tepat Ukraina atau Georgia yang dijadikan sebagai contoh negara dengan militer yang lemah. Kedua negara itu bertetangga dengan Rusia yang agresif. Keberadaan militer kuat menjadi dapat dipahami dengan mudah, bila mengacu pada kondisi yang dialami oleh dua negara tersebut.
Walau sebenarnya kalau merujuk pada dokumen visi dan misi, Prabowo seharusnya dapat mengartikulasikan pelaksanaan 'smart diplomacy' dalam menjamin keutuhan Indonesia.
"Diplomasi cerdas ini tentu saja merupakan kombinasi kekuatan yang dimiliki oleh Indonesia, tidak hanya militer tetapi juga soft power. Sayangnya, dalam debat capres, Prabowo justru merepetisi pentingnya pembangunan militer kuat saja," kata dia.