Jakarta, IDN Times - Bakal capres dari Koalisi Perubahan, Anies Baswedan menyentil kebijakan luar negeri Indonesia yang sifatnya transaksional. Artinya, Indonesia baru bergerak bila ada keuntungan investasi dan perdagangan yang diperoleh.
Indonesia, menurut Anies, bukan bergerak karena merasa memiliki tanggung jawab sebagai warga dunia. Ia menilai cara Indonesia membangun relasi berdasarkan sikap pragmatisme adalah masalah yang besar.
Anies kemudian menunjukkan dua artikel berbahasa Inggris yang dinukil dari The Economist dan The Jakarta Post sebagai rujukan. Dalam pandangan mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut, Indonesia kini dipersepsikan sebagai negara yang mengejar keuntungan sempit di dalam membangun relasi hubungan internasional.
"Bahkan, ketika kita melihat invasi ke Ukraina dan kita hadir ke sana, maka kita berbicara mengamankan mata rantai pasokan pangan kita. Lha, ini kan lebih besar isunya dari pasokan pangan," ujar Anies seperti dikutip dari YouTube CSIS pada Kamis (9/11/2023).
Ia juga menyentil Indonesia yang sering kali absen dalam pertemuan para pemimpin global tahunan. Anies pun mendorong agar Indonesia kembali rutin hadir dalam pertemuan global tahunan itu dan membawa pesan bahwa Indonesia adalah warga dunia.
"Kita harus kembali hadir di sana dan membawa pesan kami (negara) dengan penduduk nomor empat terbesar di dunia punya sejumlah agenda dunia untuk dijadikan perhatian," tutur dia lagi.