Jakarta, IDN Times - Suasana di luar kantor DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat terlihat riuh pada 14 Juni 2024 lalu. Sekelompok kader yang menamakan diri Forum Kader Ka'bah Bersatu (FKKB) terlihat berunjuk rasa di depan gedung DPP partai dengan lambang ka'bah berwarna hitam itu.
Sebagian kader bahkan membawa keranda jenazah yang diselimuti kain berwarna hijau dengan tulisan PPP. Mereka menuntut Pelaksana Tugas Ketua Umum PPP, Mardiono karena dinilai gagal membawa PPP untuk kali pertama ke Senayan. Ini merupakan pukulan telak pertama bagi PPP lantaran hasil raihan suaranya berada di bawah ambang parlemen 4 persen.
"Para majelis harus mencabut mandat Plt (Ketua Umum) karena Mardiono ini sudah gagal membawa PPP ke arah yang lebih baik. Kita ini sudah tidak lagi lolos di dalam parliamentary treshold," ujar Ketua FKBB, Mubarik di depan kantor DPP PPP ketika itu.
"Saya sudah anggap PPP itu mati. Yang lebih saya sayangkan lagi, (kegagalan) itu tidak mau diakui oleh Plt ketua umum. Bahkan, malah menyalahkan ke kami selaku caleg," katanya kesal.
Kekesalan Mubarik merujuk kepada pernyataan Mardiono yang disampaikan dalam rapat pimpinan nasional IX PPP yang digelar pada awal Juni lalu di Karawaci, Tangerang. Potongan pernyataan itu kemudian viral dan menjadi konsumsi publik.
Di dalam video dengan durasi kurang dari satu menit itu, Mardiono ogah disalahkan meski ia gagal membawa PPP lolos ke Senayan.
"Loh, saya bukan pelaku kok. Yang pelaku bapak-ibu sekalian. Yang berhasil kita semua, yang gagal kita semua. Saya gak gagal. Saya gak (ikut) nyalonin jadi anggota DPR RI, saya gak nyalonin DPRD, saya gak ikut mencalonkan bupati. Jadi, kalau dibilang Mardiono (sudah) gagal. Yang mana yang gagal?" ujar Mardiono seperti dikutip pada 10 Juni 2024 lalu.
Mengapa PPP akhirnya tak lolos melaju ke Senayan untuk kali pertama setelah 47 tahun?