Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Mahfud MD tak terlalu ambil pusing bakal dilaporkan ke pihak berwajib oleh Masyarakat Antikorupsi Indonesia (MAKI) lantaran membuka laporan Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK) ke ruang publik. Ia justru menilai langkah MAKI itu sebagai sesuatu yang positif.
"Ya, gak apa-apa (bakal dilaporkan). Malah bagus!" ungkap Mahfud di Kuningan, Jakarta Selatan pada Sabtu (25/3/2023).
Mahfud mengatakan soal pelaporan yang bakal dilakukan MAKI pada Selasa (28/3/2023) tidak menjadi fokusnya. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu mengaku lebih fokus untuk memberikan penjelasan ke hadapan anggota Komisi III DPR soal laporan dugaan transaksi mencurigakan senilai Rp349 triliun.
Rencananya, Mahfud bakal hadir dalam rapat kerja pada Rabu (29/3/2023) pukul 09.00 WIB. Kehadirannya di sana dalam posisi sebagai Ketua Komite Nasional Pencegahan dan Pemberantasan TPPU. Kepala PPATK di dalam komite itu bertindak sebagai sekretaris.
"Nanti, hari Rabu kan saya diundang ke sana. Untuk uji logika dan kesetaraan juga. Jadi, jangan dibilang pemerintah adalah bawahan DPR, bukan!" katanya.
Semula Mahfud dijadwalkan rapat kerja dengan komisi III DPR pada Senin (20/3/2023). Namun, kemudian agenda itu digeser ke hari Selasa. Sedangkan, semula Mahfud dijadwalkan mendampingi Presiden Joko "Jokowi" Widodo ke Papua pada Selasa kemarin namun di menit-menit terakhir dibatalkan.
Berdasarkan rapat Komisi III bersama PPATK pada Selasa kemarin, terungkap bahwa sejumlah anggota parlemen merasa kesal lantaran Mahfud dianggap sebagai penyebab kegaduhan transaksi mencurigakan Rp349 triliun bocor ke ruang publik. Padahal, kehebohan itu bisa dicegah bila Mahfud tak menyampaikannya ke media.
Sementara, informasi yang pernah disampaikan oleh Mahfud tak ada yang rinci dan memuat nama-nama tertentu. Ia hanya menyebutkan bahwa transaksi mencurigakan itu adalah tindak pidana pencucian uang (TPPU).
Apa penjelasan yang disampaikan oleh PPATK soal transaksi yang mencapai Rp349 triliun tersebut?