Bayang-Bayang Suara Sumbang Pemilih Muda di Pemilu Satu Putaran

Jakarta, IDN Times - Satu putaran masih abu-abu untuk Prabowo-Gibran. Harap-harap cemas tercermin dari narasi yang dibangun Prabowo Subianto di beberapa panggung kampanye akhir-akhir ini.
Misalnya, saat Prabowo menyambut dukungan dari komunitas Bakti Untuk Rakyat di Kertanegara, Jakarta Selatan, Senin (29/1/2024).
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Pertahanan itu mengungkap bahwa berdasarkan banyak survei, kemungkinan satu putaran terbuka kian lebar untuk Prabowo-Gibran.
“Masalahnya sekarang, yang diperlukan adalah mandat dari rakyat, 14 Februari kita harus menang dan menang sekali putaran,” kata Prabowo di depan ratusan anggota Bakti Untuk Rakyat.
Namun, di satu sisi, Prabowo juga mengungkap kekhawatirannya jika persentase elektabilitas lembaga survei hanya sebatas angka palsu tanpa dibuktikan lewat surat suara di 14 Februari nanti.
"Harus datang ke TPS (tempat pemungutan suara) semuanya. Harus, jangan malas, harus ke TPS. Jangan merasa 'oh kita menang', lalu kita nggak datang, jangan. Itu yang dikehendaki oleh pihak-pihak tertentu," ucap Prabowo.
"Datang (ke TPS), coblos, periksa surat (suara). Jangan dibilang nanti surat suara rusak, karena ada upaya merusak surat suara yang (memilih) 02," tambahnya.
1. Menyadari dukungan pemilih muda yang minim partisipasi
Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka kian terlihat menyadari soal bayang-bayang semu suara pemilih muda untuk 02. Hal itu juga terlihat dari beberapa pernyataan para petinggi TKN dalam mengungkap kekhawatiran tersebut.
Satu di antaranya adalah Wakil Komandan TKN Fanta Prabowo-Gibran, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo.
“Ya memang ini keperihatinan kita semua yang sangat peduli tentang demokrasi Indonesia bahwa satu, anak muda dianggap apatis kedua, banyak tanggal merah, holiday, Valentine Day,” kata Rahayu kepada IDN Times di Kertanegara, Jakarta Selatan, Selasa (30/1/2024).
“Kita perlu ingatkan bahwa masa depan mereka ini sebelum mereka bisa demo, di sinilah suara mereka sangat berpengaruh karena setiap suara sama, mau presiden, mau ketua DPR, dubes, profesor, petani, nelayan, anak muda, semua sama satu suara justru di sinilah kritikan terbesar opini mereka bisa disalurkan dalam bentuk di TPS,” imbuhnya.