Tribun Imam Bonjol di Sumatra Barat (wikipedia.org/Rahmat Irfan Denas)
Berjuang melawan penjajahan Belanda, Tuanku Imam Bonjol turun dalam perang paling lama, yakni perang Padri. Berlangsung dari 1803 hingga 1838, perang ini melibatkan sesama orang Minang dan Mandailing.
Perang ini dikenal sebagai perang saudara di Sumatera. Perang ini terjadi karena adanya pertentangan dari kaum Padri yang menginginkan agar hukum di daerahnya dijalankan sesuai dengan syariat Islam dengan kaum kerajaan Pagaruyung.
Karena situasi mendesak, kaum adat disebut meminta bantuan Belanda yang akhirnya resmi ikut berperang melawan kaum Padri. Belanda diketahui sempat kesulitan melawan Tuanku Imam Bonjol dan pasukannya. Terlebih Belanda masih harus memadamkan perang di daerah lain, perang Diponegoro misalnya.
Imam Bonjol pernah menandatangani perdamaian dengan Belanda yang dituangkan dalam Perjanjian Masang pada 1824. Namun perdamaian tak berlangsung lama setelah Belanda kembali menyerang.
Pada 1833, perang Padri memasuki babak baru ketika kaum adat dan kaum Padri bersatu melawan Belanda setelah menyadari peperangan tersebut hanya menyengsarakan rakyat.
Benteng kaum Padri dikepung dan diserang selama lebih kurang enam bulan.