Jakarta, IDN Times - Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI), Taruna Ikrar, mencatat, salah satu penyebab keracunan yang terjadi dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) terjadi di dapur yang belum lama beroperasi.
"Berdasarkan data kami sebagai pengawas, terjadinya masalah ratusan kasus dan ribuan anak-anak kita jadi korban, karena di SPPG-nya yang menjadi problem dan mungkin mayoritas dari mereka belum memiliki sertifikat laik hygiene sanitation," ujar Taruna dalam rapat di Komisi IX DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (1/10/2025).
Dari temuan BPOM, 18 dari 19 Satuan Pelaksana Pemenuhan Gizi (SPPG) yang bermasalah ternyata baru beroperasi selama sebulan.
"Sehingga kami lihat dari bulan Juli sampai September awal, itu meningkat karena masalahnyadi SPPG tersebut," kata dia.
Hasil pengawasan terhadap 19 SPPG yang mengalami kejadian luar biasa (KLB) keracunan menunjukkan berbagai pelanggaran standar. Sebanyak 18 di antaranya baru beroperasi kurang dari satu bulan.
Temuan BPOM mencakup fasilitas dan sarana tidak memenuhi standar, pengendalian hama tidak efektif, hingga kebersihan bangunan dan peralatan yang buruk.
Selain itu, BPOM juga menemukan pemilihan dan penyimpanan bahan baku tidak sesuai standar, suhu dan waktu pemasakan tidak tercapai, serta distribusi makanan melebihi empat jam setelah dimasak. Lemahnya pengetahuan keamanan pangan turut memperburuk kondisi dan meningkatkan risiko kontaminasi.