Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi Tim Hilal BMKG mengamati matahari terbenam menggunakan teleskop saat melakukan pemantauan hilal. (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)

Jakarta, IDN Times - Anggota Tim Unifikasi Kalender Hijriah Indonesia Kementerian Agama (Kemenag), Thomas Djamaluddin memaparkan posisi hilal penentu awal Ramadan 1443 Hijriah. Dalam paparannya, Thomas menjelaskan ada kriteria baru dalam menentukan awal bulan hijriah.

Kriteria baru itu berasal dari kesepakatan Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS) yang ditetapkan pada 2021. Dalam kesempatan terbaru, awal bulan hijriah berganti apabila tinggi hilal minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.

Thomas menjelaskan, untuk wilayah Jakarta, tinggi bulan pada waktu magrib 1 April 2022 hanya 1 derajat 42 menit. Dia mengatakan, ketinggian tersebut masih kurang dalam kriteria untuk menentukan awal bulan hijriah.

"Ini pakai kriteria lama juga masih kurang (kriteria lama 2 derajat). Jadi kalau digambarkan itu ada di sebelah kiri, elongasinya hanya sekitar 3 derajat, jadi tidak mungkin cahaya tipis itu mengalahkan cahaya syafaq," ujar Thomas dalam paparannya yang disiarkan di kanal YouTube Bimas Islam RI, Jumat (1/4/2022).

Editorial Team

Tonton lebih seru di