Jakarta, IDN Times - Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Susatyo Purnomo Condro mengatakan, gedung PT Terra Drone Indonesia yang memiliki enam lantai itu jauh dari standar keselamatan. Sebanyak 22 karyawan terjebak dan tewas karena tak bisa menyelamatkan diri.
Susatyo menyebut, gedung tersebut nyaris tak memiliki perlindungan dasar. Tidak ada alarm peringatan, tidak tersedia pintu darurat, dan jalur evakuasi pun nihil.
Ketika api mulai membesar di lantai bawah, tak ada sistem yang memberi sinyal bahaya. Akibat tidak adanya peringatan dini, karyawan di lantai dua hingga lantai empat terjebak di area kerja hingga asap pekat menutup seluruh ruangan.
"Seandainya alarm warning system awal ketika di bawah itu mungkin terbakar, mungkin lantai 2, 3, 4 mungkin bisa segera menyelamatkan diri. Tetapi ini tidak ada, sehingga memang korbannya jatuh begitu besar," kata Susatyo di Polres Jakarta Pusat, Jumat (12/12/2025).
Polisi telah memeriksa Dinas Cipta Karya terkait penerbitan IMB dan SLF gedung tersebut. Pemeriksaan lanjutan akan dilakukan untuk mengetahui, apakah ada kelalaian dalam hal tersebut.
"Kami berharap agar kejadian ini, atau kejadian serupa tidak terjadi lagi," kata Susatyo.
Sementara, Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Pusat, AKBP Roby Heri Saputra, menyebut lantai satu yang menjadi sumber kebakaran kini hangus total.
Dari identifikasi, terdapat empat ruang inventaris yang dipisah sekat, salah satunya digunakan untuk menyimpan tumpukan baterai drone.
Dari lantai dua sampai enam, seluruh sisi gedung tertutup kaca tebal tanpa ruang terbuka.
Roby menduga banyak korban ditemukan di pingggir kaca, karena berusaha memecahkannya untuk mendapatkan udara. Namun kaca tidak bisa dihancurkan dengan tangan kosong, dan tidak ditemukan alat pemecah kaca di lokasi.
"Sehingga tidak ada jalur evakuasi dan juga tidak ada pemecah kaca. Indikasinya tidak ada pemecah kaca, karena tidak berhasil memecahkan kaca untuk mengambil udara atau oksigen," ucap Roby.
