Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
siaranpers_pemprov_dki-20250319122706_b0mgsg_769.jpeg
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung bersama Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Pratikno, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan, Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq, dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto mengunjungi fasilitas pengelolaan sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, pada Rabu (19/3) pagi. (Jakarta.go.id)

Intinya sih...

  • Pemprov DKI Jakarta gandeng swasta dan pemerintah pusat untuk pengelolaan sampah.

  • Teknologi Refuse Derived Fuel (RDF) menjadi senjata baru dalam pengolahan sampah di Jakarta.

  • Sinergi pengelolaan sampah antara Pemprov DKI Jakarta dan Kementerian PU untuk mengurangi timbunan sampah secara signifikan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ngomongin Jakarta bukan cuma soal gedung tinggi dan transportasi modern, melainkan juga gimana bikin kota ini lebih ramah lingkungan. Jakarta sedang gerak cepat mengubah wajah pengelolaan sampahnya, mulai dari edukasi warga, reaktivasi bank sampah, sampai teknologi canggih seperti Refuse Derived Fuel (RDF) yang bisa mengubah sampah jadi energi. Semua langkah ini dilakukan demi mewujudkan Jakarta yang lebih sehat, nyaman, kekinian, dan berkelanjutan.

Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta Rano Karno menegaskan, permasalahan sampah bukan hanya soal teknis, melainkan juga soal perilaku dan budaya masyarakat.

“Sejarah pernah mencatat longsor sampah yang terjadi di Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat, pada 2005. Kejadian ini merenggut sekitar 157 jiwa. Hal ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa sampah yang tidak terkelola dengan baik dapat berujung pada bencana besar,” urainya. “Oleh karena itu, kita diajak untuk mengambil langkah konkret dalam mengelola sampah secara berkelanjutan, yang bisa dimulai dari lingkungan sekitar.”

Rano mengajak warga membiasakan diri memilah sampah sejak dari rumah. Menurutnya, hal ini merefleksikan budaya warga yang mengutamakan kebersihan, keberlanjutan, dan kepedulian terhadap lingkungan.

“Mari kita biasakan memilah sampah sejak dini. Dengan begitu, kita bisa lebih aktif dan peduli dalam mengurangi sampah. Ini adalah salah satu upaya menyongsong lima abad Jakarta dan menjadi kota global yang berkelanjutan dalam menjaga kelestarian lingkungan pada masa mendatang,” tambahnya.


1. Gandeng swasta dan pemerintah pusat

Fasilitas pengelolaan sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat. (Jakarta.go.id)

Langkah Pemprov DKI tidak berhenti pada edukasi. Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, baru-baru ini menerima audiensi Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Bidang Industri Hijau. Pertemuan tersebut membahas peluang kolaborasi pengelolaan sampah dengan pihak swasta.

“Program KADIN Bidang Industri Hijau ini sejalan dengan komitmen Pemprov DKI Jakarta dalam pengolahan sampah. Kami menyambut baik semua penawaran dari pihak swasta dan akan mempelajari setiap proposal yang diajukan,” ujar Gubernur Pramono.

Wakil Ketua Umum KADIN Bidang Industri Hijau, Halim Kalla, menegaskan komitmen pihak swasta untuk terlibat. “Kami dari pihak swasta ingin berkolaborasi mengatasi permasalahan sampah di Jakarta dengan memanfaatkan teknologi. Dengan teknologi ini diharapkan masyarakat tidak lagi perlu membuang sampah ke TPA,” ujarnya.

Kerja sama ini juga mencakup pengembangan ekosistem hijau, seperti budidaya maggot, kolaborasi dengan startup lingkungan hidup, dan edukasi pengurangan plastik sekali pakai.

Saat ini, rata-rata jumlah sampah di Jakarta sekitar 8.000 ton per hari. Dengan semua proses yang ada, termasuk di Bantargebang maupun RDF Rorotan, diharapkan jumlah tersebut bisa turun menjadi 5.000 atau 6.000 ton.

Gubernur Pramono juga mendorong percepatan terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) tentang tipping fee dan insinerator agar pembiayaan pengelolaan sampah lebih jelas. 

“Jika nanti ada penyesuaian harga yang diatur bersama antara pemerintah pusat dan daerah, saya yakin ini bisa menjadi solusi yang sangat baik bagi permasalahan sampah, tidak hanya di Jakarta, tetapi juga di seluruh Indonesia,” tambahnya.

2. Teknologi Refuse Derived Fuel (RDF) menjadi senjata baru

Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta, Rano Karno, meresmikan empat Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, dan Recycle (TPS 3R), sekaligus mencanangkan pembentukan 870 bank sampah baru serta reaktivasi 852 bank sampah yang tidak aktif. Kegiatan ini berlangsung di TPS 3R Semper, Jakarta Utara, pada Jumat (21/3). (Jakarta.go.id)

Fasilitas RDF Plant di TPST Bantargebang saat ini mampu mengolah 2.000 ton sampah per hari, yang hasilnya dijual ke industri semen sebagai bahan bakar pengganti batu bara. Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta sendiri sudah bekerja sama dengan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dan PT Solusi Bangun Indonesia Tbk untuk hal ini.

Selain itu, RDF Plant Rorotan yang memiliki kapasitas 2.500 ton per hari diharapkan mulai beroperasi pada Oktober 2025. Kehadiran fasilitas ini diproyeksikan akan memangkas jumlah sampah yang dikirim ke TPA secara signifikan.

Di tingkat komunitas, Wagub Rano meresmikan empat Tempat Pengolahan Sampah 3R sekaligus mencanangkan pembentukan 870 bank sampah baru dan reaktivasi 852 bank sampah yang sebelumnya tidak aktif.

“Ini adalah kepentingan kita bersama. Masalah sampah di ibu kota atau kota-kota besar menjadi tanggung jawab kita bersama. Kita mulai memberikan sosialisasi, kita harus memilah sampah dari rumah, sehingga kita bisa mengurangi sampah di TPA,” ujarnya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Asep Kuswanto, menambahkan bahwa TPS 3R kini mampu menghasilkan RDF yang akan disuplai ke PLN dan industri semen. 

“Infrastruktur ini menunjang langkah strategis DLH DKI Jakarta dalam pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Kami juga mendorong masyarakat untuk menjalankan bank sampah berbasis ekonomi sirkular,” katanya.

3. Sinergi pengelolaan sampah

Peresmian empat Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, dan Recycle (TPS 3R), sekaligus pembentukan 870 bank sampah baru serta reaktivasi 852 bank sampah yang tidak aktif. Kegiatan ini berlangsung di TPS 3R Semper, Jakarta Utara, pada Jumat (21/3). (Jakarta.go.id)

Pemprov DKI Jakarta juga menandatangani nota kesepakatan dengan Kementerian Pekerjaan Umum (PU) untuk sinergi pengelolaan sampah. Kesepakatan ini mencakup penyusunan rencana induk, kajian teknis, hingga perkuatan fasilitas TPST Bantargebang.

“Kementerian PU akan memberikan pembinaan teknis mulai dari penyusunan rencana induk, kajian dan perencanaan teknis, hingga pembangunan fasilitas pengelolaan lindi dan penguatan landfill. Sinergi ini akan memperkuat Jakarta menuju sistem pengelolaan sampah yang lebih aman, modern, dan berkelanjutan,” kata Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PU, Dewi Chomistriana.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, menegaskan, kolaborasi ini akan menjadi kunci dalam menjawab tantangan pengelolaan sampah di Jakarta yang mencapai lebih dari 7.700 ton per hari.

“Sinergi ini mencakup penyusunan rencana induk dan kajian teknis pengelolaan sampah, pembinaan teknis, serta peningkatan infrastruktur pendukung pengelolaan sampah, termasuk penguatan fasilitas di TPST Bantargebang,” jelas Asep.

Langkah-langkah ini mendapat apresiasi warga. “Bagus banget ada bank sampah diaktifkan lagi, jadi kita bisa buang sampah plastik sambil dapat insentif,” kata Dinda (25), warga Jakarta Utara.

Budi (30), pengemudi ojek online, juga mendukung program RDF. “Semoga program RDF bikin Jakarta gak bau lagi,” ujarnya.

Dengan edukasi warga, kolaborasi swasta, teknologi pengolahan modern, serta dukungan pemerintah pusat, Jakarta menargetkan bisa mengurangi timbunan sampah secara signifikan dan menjadi kota global yang berkelanjutan. 

Upaya ini sekaligus menegaskan komitmen Pemprov DKI Jakarta untuk menjadikan pengelolaan sampah bukan sekadar urusan kebersihan, tetapi juga bagian dari transformasi ekonomi sirkular dan ketahanan lingkungan di masa depan. (WEB)

Editorial Team