Jakarta, IDN Times - Hari Buruh seharusnya menjadi panggung solidaritas. Tapi bagi Jorgiana Augustine, seorang perempuan muda yang menjadi paralegal paramedis dalam Aksi May Day 2025, hari itu justru menjadi titik gelap dalam hidupnya. Bukan hanya karena tubuhnya dihantam, dijambak, ditendang. Tapi karena rasa percaya yang hancur, karena negara yang seharusnya melindungi, justru ikut menyakiti. Jorgiana adalah mahasiswi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM).
Awalnya, dia tak berencana turun ke lapangan. Tapi ketika kabar datang posko medis diganggu aparat, hatinya tak bisa tinggal diam. Di posko itulah dia bertugas, duduk, memantau, membantu para medis yang menangani massa aksi. Hingga jam lima sore, semuanya berjalan biasa. Tapi lalu terdengar ledakan dari water canon. Orang-orang mulai mundur. Dan tak lama kemudian, pemukulan dimulai. Dia melihat temannya, Choi Yong Gi sesama paramedis digebuki.
“Aku berusaha buat dialog dengan manis banget,” katanya. “Pak, Pak, ini paramedis, Pak… Jangan dipukulin.” kata dia saat menceritakan ulang kenangan buruk itu dalam diskusi di kantor Komnas Perempuan, Jakarta, Kamis (26/6/2025) sore.