Jumlah Guru Indonesia Berdasarkan Tempat Mengajar, Mayoritas SD dan SMP
Bukan Bu Susi namanya bila tidak menjadikan tantangan tersebut sebagai penambah semangat untuk terus mencari cara agar rekan sejawatnya terpapar dengan praktik baiknya.
Tidak hanya dengan kata-kata, setiap hari Bu Susi memberikan contoh praktik baik penerapan Kurikulum Merdeka bagi guru-guru lain. Bu Susi juga memberikan dampak dan output positif dari praktik yang dilakukannya.
Perlahan tapi pasti, para guru senior yang semula menolak keras penerapan Kurikulum Merdeka, mulai tertarik dengan teknik mengajar yang diterapkan oleh Bu Susi. Mereka melihat bahwa cara mengajar yang diterapkan Bu Susi mendapat sambutan antusias dari para murid dan memberikan kemampuan pemahaman yang lebih baik bagi para murid.
Mendapati hal tersebut, Bu Susi sangat senang dan antusias. Bu Susi bahkan rela memperbarui dan mempercantik modul ajarnya untuk dibagikan kepada rekan-rekan sejawatnya di SD Negeri 2 Limpangan.
“Kolaborasi dengan orang tua dan teman sejawat menjadi hal yang luar biasa bagi saya. Ketika pembelajaran di sekolah tidak melibatkan peran dan kolaborasi dengan orang tua, hal ini tentu akan kurang bermakna,” kata Bu Susi.
Ia memandang, kolaborasi dengan teman sejawat juga menjadi hal yang sangat penting. Karena dengan kolaborasi, ia selalu merasa memiliki teman dalam berjuang. Berawal dari keinginannya untuk memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa-siswinya, kini Bu Susi telah menjadi teladan dan contoh baik bagi rekan sejawatnya dalam mendidik dan mendampingi para murid.
Berkat keluwesan praktik pembelajaran Kurikulum Merdeka, Bu Susi dan seluruh SD Negeri 2 Limbangan juga mendapat kebebasan untuk berkolaborasi dan bergotong-royong dengan orang tua murid untuk memberikan pembelajaran yang lebih bermakna bagi para siswa dan siswi di SD Negeri 2 Limbangan.
“Perubahan adalah sesuatu yg pasti. Bertransformasi dan bergeraklah mulai dari sekarang. Mari terus bergerak, tergerak, dan menggerakkan,” kata Bu Susi sebagai penutup diskusi.