Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
(Tangkapan layar YouTube Mahfud MD Official)
Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Mahfud MD. (Tangkapan layar YouTube Mahfud MD Official)

Intinya sih...

  • Mahfud menolak tawaran kursi Menko Polkam di kabinet Prabowo karena merasa tidak etis

  • Mahfud mengalami dilema ketika ditawari posisi Menko Polkam, khawatir dipersepsikan sombong bila menolak

  • Mahfud nilai Djamari Chaniago sosok pejabat yang senior dan dihormati Prabowo untuk mengisi kursi Menko Polkam

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Mahfud MD mengakui ia sempat ditawari kursi Menko Polkam di Kabinet Merah Putih.

Tawaran itu disampaikan sebelum akhirnya Presiden Prabowo Subianto memilih Djamari Chaniago untuk mengisi kursi tersebut.

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu mengaku mendapat tawaran masuk kabinet Prabowo dari seorang jenderal senior. Namun, Mahfud enggan membuka identitas jenderal tersebut.

"Saya ditelepon pada Senin malam, 7 September 2025, jadi itu malam sebelum pengumuman reshuffle," ujar Mahfud seperti dikutip dari akun YouTube Mahfud MD Official, Selasa (23/9/2025).

Jenderal senior tersebut di ujung telepon menanyakan keberadaan Mahfud ketika itu. Dijawab mantan Ketua Kompolnas itu, posisinya sedang berada di Yogyakarta. Ia berada di sana untuk mengajar di kampus keesokan harinya.

"Saya katakan baru pulang (ke Jakarta) esok lusa. Tanggal 8 (September) sore saya tetap di Yogyakarta lalu tanggal 9 (September) saya ketemu (jenderal senior)," tutur dia.

Dalam pertemuan itu, sang jenderal senior mengisahkan Prabowo membutuhkan sosok Menko Polkam yang dapat menjembatani TNI dan Polri. Berdasarkan diskusi yang sudah bergulir, kursi Menko Polkam condong bakal disodorkan ke Mahfud MD.

Ketika ditanyakan apakah Mahfud bersedia mengisi kursi Menko Polkam, mantan anggota DPR dari fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu tak menjawab dengan lugas. Alhasil, hingga sekarang respons mengambang itu tetap dibiarkan saja.

Mengapa Mahfud MD tak langsung menyambut positif tawaran kursi Menko Polkam di kabinet Prabowo?

1. Mahfud tak merasa etis berada di dalam kabinet Prabowo

Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Mahfud MD. (Tangkapan layar YouTube)

Lebih lanjut, Mahfud mengaku tidak merasa etis menerima jabatan di kabinet Prabowo. Sebab, ia merupakan orang di luar lingkar Prabowo dan tidak ikut bekerja keras untuk memenangkan Prabowo ketika kampanye Pilpres 2024. Bahkan, Mahfud merupakan salah satu pesaing politik saat itu.

"Standar etik saya jabatan di pemerintahan ini harus diduduki oleh mereka yang menang, berkeringat secara politik. Saya kan tidak. Kan sejak diputus oleh MK sejak 22 April 2025 lalu sudah banyak yang tanya. Saya jawab ini standar etik. Kan yang berkeringat untuk Pak Prabowo banyak," ujar Mahfud.

"Sementara, saya kan berkeringat untuk diri saya sendiri. Ndak mungkin saya masuk ke situ," imbuhnya.

Ia meyakini banyak sosok yang mumpuni dan pas untuk dipilih Prabowo sebagai Menko Polkam.

"Oleh sebab itu, ketika ditanya oleh jenderal itu saya tidak menjawab. Saya katakan 'nanti aja lah kita pikirkan.' Pikir saya kursi itu masih diisi akhir Oktober," tuturnya sambil tertawa.

2. Mahfud mengalami dilema ketika ditawari posisi Menko Polkam

Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD. (IDN Times/Larasati Rey)

Mahfud mengakui ada di posisi yang dilema ketika mendapat tawaran kursi Menko Polkam. Ia khawatir dipersepsikan sombong bila menolak tawaran Menko Polkam. Tetapi, tidak enak bila menerima posisi tersebut.

Setelah pertemuan dengan jenderal itu, Mahfud kembali ke rumahnya di Yogyakarta. Jelang reshuffle untuk mengisi kursi Menko Polkam, Mahfud mendapat telepon dan pesan teks bertubi-tubi dari kolega hingga jurnalis. Namun, tidak ada yang ia jawab.

"Beberapa setelah itu, seorang YouTuber Leon Hartono bertanya kepada saya kalau ditawari posisi Menko Polkam gimana. Saya jawab, saya akan merespons itu kepada orang yang berwenang, biar sopan. Kalau saya tidak mau, biar orang tersebut tahu alasannya. Sebaliknya kalau saya mau, mengapa," tuturnya.

3. Mahfud nilai Djamari sosok pejabat yang senior dan dihormati Prabowo

Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan, Djamari Chaniago ketika berbicara di kantor Kemenko Polkam, Jakarta Pusat pada Rabu (17/9/2025). (IDN Times/Santi Dewi)

Sementara, dalam pandangan Mahfud, sosok Djamari Chaniago adalah tokoh senior yang pas untuk mengisi kursi Menko Polkam. Sebab, Kemenko Polkam membawahi 14 kementerian dan lembaga.

"Sangat penting bagi Menko Polkam baru untuk membuat selaras pemerintahan kita yang mewakili wajah Pak Prabowo sebagai presiden. Untuk itu, chemistry antara Pak Djamari dan Pak Prabowo cocok," ujar Mahfud.

Di si lain, Prabowo juga dinilai cukup menghormati Djamari sebab ia lebih senior di dunia militer, ketimbang Ketua Umum Partai Gerindra itu.

"Kita ingin melihat menko itu seperti elang, melihat kementerian yang ada di bawahnya lalu suarakan. Ini lho Kemkomdigi begini (aspirasinya), Kejaksaan begini, polisi begini. Kasus ini kalau tidak menimbulkan kontroversi, begini. Penjelasan publiknya begini. Saya kira Pak Djamari oke," tutur dia.

Editorial Team