Mensos Tri Rismaharini (Dok. Kemensos)
Risma juga mengenang saat ia keliling dengan motor ke daerah-daerah di Surabaya untuk mendisiplinkan warganya. Ia juga pernah mengejar warga yang ketahuan tidak memakai masker.
"Saya memang turun juga, saya mau ajak Pak Doni lah nanti. Jadi saya naik motor masuk kampung-kampung, saya bagi-bagi masker, saya marah betul kalo ada yang tidak pakai masker. Saya kejar itu," ujar Risma.
Dalam prosesnya mendisiplinkan warga ini, ia juga tetap menerapkan protokol kesehatan. Ia bahkan sempat mandi tiga sampai empat kali sehari.
"Saya memang mungkin agak ndablek, meski COVID-19, saya tetap keluyuran saja. Tetapi saya tetap disiplin, saya keluar pakai sarung tangan, saya pakai baju panjang, saya pakai kaus kaki. Sebelum masuk ke mana-mana mandi dulu, sehari kadang mandi 3-4 kali," ujar Risma.
Tidak cuma patroli, Risma juga kerap mengajak lurah dan camat se-Surabaya untuk melakukan pemetaan, jalan-jalan mana saja yang harus ditutup dan jalan mana yang jadi satu-satunya akses masyarakat. Ia bahkan sampai tidak berkantor di Balai Kota.
"Jam 5 saya sudah ada di Balai Kota, tetapi saya berkantor di tenda tidak pernah di ruangan. Jam 6 pagi, lurah, camat yang saya panggil datang ke tempat saya, karena kita harus lakukan blocking, jalan ini dan ini tutup, lalu masyarakat harus lewat sini, kalau di satu daerah ada yang sakit langsung tutup," ungkapnya.