Kirun dan Percil di atas panggung. IDN Times/Zainul Arifin
Pemilik Depot Seni Kirun di Madiun tersebut menjelaskan, agar bisa mendapat penghasilan secara virtual, terlebih dahulu membuat program untuk ditawarkan ke masyarakat. Jika program itu direspons baik, maka akan mendapat pemasukan.
"Kami gak mungkin virtual tanpa ada pemasukan. Jadi kami bikin program, kami tawarkan ke tokoh masyarakat, ke pengusaha, ke perusahaan. Begitu ada kontribusi anggaran masuk, baru kami bikin virtual," jelasnya.
Kirun menambahkan, kesenian ludruk saat ini masih tetap eksis dan masih tetap diminati masyarakat.
"Lihat Jombang, Sidoarjo, sampai Lamongan, Tuban. Orang Jatim, khususnya tapal kuda sampai Jember, tidak merasa punya hajat kalau tidak punya ludruk. Lihat aja job (grup) Budi Wijaya, Karya Budaya, masih banyak yang mengundang," sebutnya.