Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
WhatsApp Image 2025-08-06 at 17.02.43 (2).jpeg
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung dalam peluncuran buku Panggung Depan Panggung Belakang di Balai Kota, Rabu (6/8/2025) (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Intinya sih...

  • Sosok Pramono yang lebih banyak bekerja dalam diam, membangun strategi dari balik layar, dan nyaris tak pernah menonjolkan diri.

  • Pramono menegaskan penolakan peluncuran buku karena momen tersebut berdekatan dengan Pilkada. Selama 25 tahun dia memang bekerja di balik layar.

  • Pramono sudah terbiasa mengambil peran dalam senyap dan tidak tampil meskipun mengetahui peristiwa besar lebih dulu.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Di tengah riuhnya Car Free Day, Pramono Anung berdiri tak jauh dari kerumunan warga yang mengelilingi Rano Karno atau yang akrab disapa Bang Doel.

Saat itu Pramono bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai sosok di balik kamera. Ia tersenyum, memotret warga yang berebut minta foto dengan pasangannya memimpin Jakarta.

“Jadi orang minta foto ke Bang Doel, saya motoin. Dan saya menikmati itu, ini awal-awal karena sudah terlalu lama ada di panggung belakang, tidak pernah di panggung depan," ucap Pramono mengenang momen Kampanye Pilkada saat sambutan di peluncuran buku "Panggung Depan Panggung Belakang: Seuntai Kata dan Rupa Pramono Anung Wibowo (Bang Nung)" di Balai Agung, Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (6/8/3025).

1. Sempat menolak dibuatkan buku

Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung dalam peluncuran buku Panggung Depan Panggung Belakang di Balai Kota, Rabu (6/8/2025) (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Momen sederhana itu mencerminkan sosok Pramono yang selama ini lebih banyak bekerja dalam diam, membangun strategi dari balik layar, dan nyaris tak pernah menonjolkan diri bahkan dia menolak ide pembuatan biografi nya.

"Terus terang, buku ini saya sama sekali gak tahu idenya siapa. Sama sekali gak tahu. Ketika pada waktu itu mau dikeluarkan di usia saya yang 60, pada waktu itu. Saya menolak," katanya.

2. Terbiasa bekerja di belakang

Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung dalam peluncuran buku Panggung Depan Panggung Belakang di Balai Kota, Rabu (6/8/2025) (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Pramono menegaskan alasan penolakan peluncuran buku karena momen tersebut berdekatan dengan Pilkada. Terlebih selama 25 tahun dia memang bekerja di balik layar

"Dan terus terang saya menolak pada waktu itu. Enggak. Karena saya memang selama ini terbiasa menjadi orang yang betul-betul bekerja di belakang," ucapnya.

3. Terbiasa bekerja di balik Panggung

Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung usai DKJ Award di Balai Kota, Jumat ( 11/7/2025) (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Pramono mengatakan, dirinya sudah terbiasa mengambil peran dalam senyap. Bahkan dalam sejumlah peristiwa besar yang ia ketahui lebih dulu, ia tetap memilih tidak tampil.

“Saya sudah cerita ke Bang Doel soal satu peristiwa 3-4 minggu sebelumnya. Dan itu benar-benar terjadi, di Bali dan Jakarta. Tapi saya seperti orang yang tidak terlibat sama sekali. Karena memang saya terbiasa bekerja dengan panggung-panggung yang tersembunyi," kenang Pramono.

"Ketika masuk ke balai kota, inilah yang betul-betul menjadi panggung depan saya pertama kali. Ini betul-betul menjadi panggung depan utama besar saya pertama kali, yang tidak pernah saya bayangkan selama ini," sambungnya.

Diketahui buku ini ditulis oleh Wisnu Nugroho dan Chandra Gautama yang mengungkap berbagai pemikiran yang telah membentuk perjalanan hidup Pramono.

Dalam buku ini, Pramono juga membagikan pengalamannya selama 25 tahun di pemerintahan. Ia pernah menjadi Sekretaris Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri, terpilih menjadi anggota DPR empat periode, pimpinan DPR, dan dua periode menjadi menteri.

Editorial Team