Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
WhatsApp Image 2025-08-06 at 17.43.11.jpeg
Tokoh utama Organisasi Papua Merdeka (OPM), Mayer Wenda alias Kuloi Wenda yang tewas ditembak TNI. (Dokumentasi Puspen TNI)

Intinya sih...

  • Pimpinan OPM Mayer Wenda melakukan perlawanan ketika ditangkap

  • Satgas Habema TNI menyita sejumlah barang bukti dalam penangkapan Mayer Wenda

  • TNI tetap mengutamakan pendekatan teritorial humanis dalam menghadapi OPM/KKB.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Koopsus Habema menembak mati Mayer Wenda alias Kuloi Wenda pada 5 Agustus 2025 di Kabupaten Lanny Jaya, Papua Pegunungan. Mayer Wenda merupakan salah satu tokoh utama kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) atau Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang juga menjabat Wakil Panglima Kodap XII/Lanny Jaya.

Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI, Mayjen TNI Kristomei Sianturi, mengatakan Mayer Wenda merupakan buronan dan sudah masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) sejak 2014. Jenderal bintang dua itu menyebut, Mayer Wenda memiliki rekam jejak keterlibatan dalam sejumlah tindak kekerasan.

"Pada 27 November 2012, yang bersangkutan terlibat pembunuhan berencana, pencurian dengan kekerasan dan pembakaran Mapolsek Pirime, Kabupaten Lanny Jaya. Pada 10 September 2012, yang bersangkutan melakukan pembunuhan terhadap anggota Polres Tolikara dan perampasan senjata api inventaris Polres Tolikara di Jalan Trans Karubaga-Wamena, Kampung Milineri, Distrik Wenam, Kabupaten Tolikara," kata Kristomei, dalam keterangan tertulis, Kamis (7/8/2025).

Lalu, pada 28 Juli 2014, Mayer Wenda mengadang patroli polisi di Jalan Indan-Wamena, Kampung Nambume, Distrik Indawa, Kabupaten Lanny Jaya. Mayer Wenda, kata Kristomei, sempat menghilang tetapi muncul kembali pada 2014 di Kabupaten Lanny Jaya dan memperkuat sayap bersenjata OPM.

"Ia memegang posisi strategis sebagai Wakil Panglima Kodap XII Lanny Jaya," tutur dia.

1. Mayer Wenda melakukan perlawanan ketika ditangkap

Tokoh utama Organisasi Papua Merdeka (OPM), Mayer Wenda alias Kuloi Wenda yang tewas ditembak TNI. (Dokumentasi Puspen TNI)

Ketika Satgas Habema TNI ingin melakukan penangkapan, kata Kristomei, Mayer Wenda melakukan perlawanan. Mayer ketika itu bersama seorang rekannya. Alhasil, TNI mengambil tindakan dengan menembak mati Mayer.

"Sehingga, diambil tindakan tegas dan terukur. Akibatnya, Mayer Wenda meninggal dunia di lokasi bersama satu orang lainnya yang diduga adiknya, yaitu Dani Wenda," katanya.

Kedua jenazah kemudian dibawa ke RSUD Wamena untuk dilakukan koordinasi lebih lanjut.

2. Satgas Habema TNI menyita sejumlah barang bukti

Barang bukti yang disita personel TNI usai menewaskan tokoh utama Organisasi Papua Merdeka (OPM), Mayer Wenda. (Dokumentasi Puspen TNI)

Kristomei mengatakan dari lokasi kejadian, prajurit TNI menyita sejumlah barang bukti. Mulai dari satu pucuk senjata api jenis revolver, 24 butir amunisi, dan dua KTP (Kartu Tanda Penduduk) atas nama Dani Wenda dan Pemina Wenda.

Ada pula dua unit telepon genggam, uang tunai senilai Rp65 ribu dan satu buah noken. Operasi yang menewaskan Wakil Panglima Kodap OPM menambah panjang personel OPM yang ditembak TNI. Sebelumnya, personel TNI menembak mati Komandan Batalyon Kodap VIII Soanggama Organisasi Papua Merdeka (OPM), Enos Tipagau pada 5 Juli 2025.

Kristomei menyebut keberhasilan itu menunjukkan komitmen kuat TNI dalam menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat. Khususnya menjelang HUT ke-80 Republik Indonesia.

3. TNI tetap utamakan pendekatan teritorial humanis dalam menghadapi OPM

Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI, Mayjen TNI Kristomei Sianturi di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur. (Dokumentasi Puspen TNI)

Kristomei mengatakan seluruh tindakan prajurit TNI dalam operasi dilakukan secara profesional, terukur dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Namun, ia tak menampik pada praktiknya sering kali yang terjadi di lapangan dilakukan penindakan dengan menembak mati.

"Meski begitu, TNI tetap konsisten mengedepankan pendekatan teritorial yang humanis dan dialogis, sebagai bagian dari upaya membangun stabilitas jangka panjang di Papua," katanya.

TNI, kata Kristomei, terus memperkuat perannya sebagai penjaga kedaulatan serta melindungi segenap masyarakat di Papua melalui pendekatan humanis, dialogis, dan berlandaskan peraturan perundang-undangan.

"TNI tetap menyambut dengan tangan terbuka apabila ada anggota OPM yang menyadari kekeliruannya dan ingin kembali ke Indonesia, lalu membangun Papua bersama-sama demi masyarakat yang lebih sejahtera," tutur dia.

Editorial Team