ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Dalam segmen tersebut, Prabowo diberikan kesempatan untuk memberikan pertanyaan terbuka, untuk kemudian ditanggapi oleh rivalnya, Jokowi.
"Kita bersama-sama ikut bertanggung jawab untuk pertahanan keamanan bangsa kita. Jadi saya di sini mempermasalahkan sedikit, bahwa anggapan bahwa kondisi pertahanan keamanan kita ini sudah memadai, ini saya pertanyakan, tadi saya sudah singgung bahwa pembiayaan kita adalah 0,8 persen dari GDP, 5 persen dari APBN.
Padahal tetangga-tetangga kita sampai dengan 3 persen dari GDP, 30 persen dari APBN mereka. Artinya begini Kak Jokowi, artinya mungkin kita lihat, kita beli-beli alat tetapi kita harus lihat itu kalau dalam pertahanan itu harus kita lihat apple to apple.
Itu kalau dia punya peluru-peluru kendali kalau dia umpamanya punya kapal selam kita harus tahu kemampuan kapal selamnya, ini jenisnya, ini kita beli kapal selam oke dari Korea itu kapal selam itu adalah tipe 209 ya kemampuannya sangat terbatas dengan yang dibeli Singapore dia punya tipenya sudah 218 yang bisa luncurkan apa peluru kendali dari bawah laut.
Contoh jadi kalau kita membangun divisi ketiga tapi pelurunya enggak ada untuk apa kita bikin divisi ketiga, markas bagus enggak bisa perang jadi saya tanya Pak Jokowi apakah briefing-briefing yang Bapak terima ini perlu atau tidak untuk dikaji kembali. Terima kasih," kata Prabowo.
Apa tanggapan Jokowi?
- Saya masih sangat percaya kepada TNI kita dalam mempertahankan kedaulatan negara Republik Indonesia yang kita miliki
- Saya masih sangat percaya mengenai kembali lagi mengenai anggaran pertahanan
- Memang sekarang ini baru memberikan prioritas kepada pembangunan infrastruktur.
Pada suatu saat apabila pertumbuhan ekonomi kita semakin baik kita akan bisa memberikan anggaran yang lebih baik kepada TNI kita dalam rangka membangun alutsista ke depan yang lebih baik - Memang anggaran kita lebih kecil, tetapi saya masih meyakini bahwa dari informasi intelijen strategis yang masuk pada saya mengatakan bahwa 20 tahun ke depan invasi dari negara lain ke negara kita, dapat dikatakan tidak ada
- Konflik ini jangan dianggap remeh karena konflik ini bisa menjadi membesar karena perang teknologi yang dilakukan dari luar untuk menusuk langsung ke dalam
- Saya ingin menggarisbawahi bahwa penguatan pengembangan SDM TNI terutama dalam penguasaan teknologi persenjataan dan cyber sangat diperlukan dalam pertahanan negara kita ini ke depan ini kuncinya di sini mengenai pembelian pembelian hal-hal yang sangat teknis itu saya kira TNI lebih tahu