Jakarta, IDN Times - Kepala Badan Komunikasi Strategis Partai Demokrat, Herzaky Mahendra, menegaskan, partai tempatnya bernaung menolak dengan tegas pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Cak Imin) pada Pemilu 2024.
Pernyataan itu disampaikan pihak Demokrat ketika Juru Bicara Anies, Sudirman Said menemuinya pada 30 Agustus 2023.
Sudirman yang datang mewakili kepentingan Anies menjelaskan keputusan yang telah diambil oleh Partai Nasional Demokrat (NasDem) pada 29 Agustus 2023 itu.
Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, disebut telah menunjuk Muhaimin Iskandar sebagai pendamping Anies pada Pemilu 2024. Dalam pertemuan itu, Sudirman menanyakan kepada Demokrat apakah bersedia ikut mendukung pasangan tersebut atau tidak.
"Kalau kami jelas tidak (ikut mendukung pasangan Anies-Cak Imin). Karena ini namanya sudah masuk dalam pengkhianatan dan menghina partai kami. Ini jelas menghina karena biar bagaimana pun kami sempat punya komitmen yang tegas dan jelas di dalam Koalisi Perubahan. Bagaimana kita semua ada di posisi yang setara, sejajar untuk berdiskusi dan terbuka," ujar Herzaky kepada media di Jakarta pada Kamis (31/8/2023) malam.
Herzaky mengatakan, NasDem bermain di belakang dan membentuk koalisi sendiri. Kemudian, dengan penambahan PKB ke dalam koalisi, pihak NasDem dan Anies turut meminta dukungan kepada Demokrat.
"Ini maksudnya apa? Ya, silakan kalau menurut mereka itu jalan keluarnya, itu hak mereka. Cuma bagi kami, sangat disayangkan. Bagi kami politik bukan sekadar pragmatisme, tetapi bagaimana membangun kebersamaan bangsa," katanya.
Demokrat merasa geram lantaran sebelumnya pada 25 Agustus 2023, Anies mengirimkan pesan tertulis kepada Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang meminta Ketua Umum Partai Demokrat itu mendampinginya pada Pemilu 2024.
Bahkan, dalam pertemuan kali terakhir pada pekan lalu, Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) sedang mematangkan skenario mengenai jadwal deklarasi Anies-AHY. Namun, tiba-tiba Surya Paloh disebut menetapkan secara sepihak pendamping Anies, yaitu Muhaimin Iskandar.
Apakah ini menandakan Demokrat akan keluar dari Koalisi Perubahan dan berlabuh ke perahu yang lain?