Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Komisi III dari Fraksi PDIP, Arteria Dahlan (Youtube.com/DPR RI)
Politikus PDIP sebelumnya 'menyerang' balik Partai Demokrat soal pengecatan pesawat kepresidenan peninggalan SBY yang kini menimbulkan polemik.
"Justru kalau mau kita jujur dan hadirkan perdebatan yang harusnya dipermasalahkan itu dulu zamannya Pak SBY, kok pesannya warnanya biru, padahal memungkinkan untuk memesan warna merah putih. Tapi kan kami beradab dan berpikiran positif saja," kata politikus PDIP Arteria Dahlan, dalam keterangannya, Rabu (4/8/2021).
Arteria ingin agar publik melihat sisi lain dari pengecatan pesawat kepresidenan. Warna merah putih, lanjutnya, merupakan warna bendera nasional Indonesia.
"Jangan sampai publik terbawa permainan politik pihak-pihak yang merasakan post colour syndrome, yang merupakan pelesetan dari post power syndrome. Atau sindrom pasca-kekuasaan yang terjadi karena tak bisa melepaskan diri dari kekuasaan yang sudah hilang," ujarnya.
Arteria yang juga anggota Komisi III DPR ini menyebutkan pengecatan pesawat kepresidenan sudah direncanakan sejak 2019. Mengenai anggaran, kata dia, sudah disetujui DPR, termasuk Fraksi Partai Demokrat.
"Kalau terkait anggaran, kita ini kan negara hukum dan ada prosedur administrasi hukum yang telah dilalui, dan bahkan disetujui oleh Partai Demokrat. Tentu saja anggaran untuk pengerjaan ini sudah dibahas dengan DPR, dan disetujui 2019. Aneh saja kalau sekarang ada anggota DPR atau parpol di DPR yang mengkritiknya," ucapnya.
Lebih lanjut, Arteria ingin agar masyarakat mewaspadai logika yang dibangun pihak tertentu soal pengubahan warna pesawat kepresidenan ini. Dia kembali menyindir soal post power syndrome ke Demokrat.
"Mari berhati-hati dengan yang post power syndrome. Mungkin saja ini nanti jadinya post colour syndrome hanya karena tak bisa menerima bahwa warna pesawat kepresidenan tak lagi sama dengan warna bendera partainya," kata dia.