Petugas terlihat membongkar puing-puing pondok pesantren Al-Khoziny yang ambruk. (Dok. BNPB)
Pemerintah menyiapkan dana dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk penanganan dan perbaikan pondok pesantren yang dinilai rawan. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo menilai pendanaan tersebut cukup untuk kebutuhan awal.
"Kalau soal anggaran, insya Allah cukup lah. Insya Allah cuman dari APBN ya, tapi tidak menutup kemungkinan nanti kalau juga ada bantuan dari swasta. Cuma sementara waktu dari APBN," kata Dody di Kantor Kementerian PU, Jakarta, Selasa (7/10/2025).
Dody menjelaskan, secara kelembagaan pengelolaan ponpes selama ini berada di bawah Kementerian Agama. Namun, karena kondisi darurat, Kementerian PU mengambil peran langsung untuk menangani ponpes yang dinilai rawan.
Sejak awal pekan, Kementerian PU telah membuka layanan hotline nasional yang dapat digunakan masyarakat untuk melaporkan kondisi bangunan ponpes. Setiap laporan yang masuk akan ditindaklanjuti oleh tim dari Direktorat Jenderal Cipta Karya yang tersebar di seluruh Indonesia.
"Tim dari teman-teman Ditjen Cipta Karya kan ada di seluruh Indonesia, sehingga hopefully kita bisa cepat mengerjakannya untuk seluruh Indonesia," paparnya.
Kementerian PU menerapkan sistem sampling di sejumlah provinsi yang memiliki konsentrasi ponpes tertinggi, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Beberapa wilayah lain seperti Sumatra Selatan dan Sulawesi Selatan turut menjadi prioritas.
Pendekatan sampling berjalan paralel dengan sistem hotline yang telah dibuka. Langkah tersebut dilakukan untuk mempercepat pendataan dan memperkuat koordinasi dengan pemerintah daerah.
Pemerintah menetapkan prioritas utama pada bangunan ponpes yang dinilai paling rawan, guna mencegah terulangnya insiden serupa di masa mendatang.
"Sementara kita mau sampling di sembilan provinsi. Sementara, sementara waktu. Sambil kita buka hotline itu, sehingga kalau ada info dari masyarakat bisa," jelasnya.