Ilustrasi perubahan iklim (Unsplash/Ciprian Morar)
Laporan itu pun mengungkapkan jika kenaikan suhu dijaga tidak lebih dari 1,5 derajat celcius, dampak dari ancaman iklim pada generasi mendatang dapat berkurang. Misalnya, kekeringan berkurang 39 persen, 38 persen untuk banjir sungai, 28 persen untuk gagal panen, dan sebesar 10 persen untuk kebakaran hutan.
"Investasi pada penurunan emisi seharusnya berjalan beriringan dan saling melengkapi dengan upaya penurunan risiko dan meningkatkan kapasitas adaptasi pada anak," kata Selina.
Aksi Generasi Iklim, menurut Selina, merupakan sebuah gerakan yang diinisiasi dan dipimpin anak-anak dan orang muda. Tujuan gerakan ini untuk memastikan anak-anak dan keluarga, terutama mereka yang terdampak secara langsung dari krisis iklim, dapat melakukan upaya-upaya bertahan hidup dan beradaptasi, serta memperkuat sistem terkait penanganan perubahan iklim yang lebih berpihak pada anak.
"Setelah mendapatkan penjelasan mengenai dampak krisis iklim, saya lebih sadar bahaya perubahan iklim yang kita rasakan hari ini. Sudah saatnya anak-anak ikut bergerak dan dilibatkan, karena kami yang akan merasakan dampak terburuk dari krisis iklim saat ini dan pada masa mendatang," kata Ranti selaku perwakilan Child Campaigner Jawa Barat Save the Children Indonesia.
Menurut Ranti, pemerintah harus melibatkan anak-anak dalam membangun kesadaran dampak krisis iklim, dan menciptakan ruang yang aman serta nyaman untuk anak-anak berpendapat.
"Harusnya, semua anak bisa mulai berpartisipasi. Tapi sayangnya masih banyak anak-anak belum tahu tentang krisis iklim dan bagaimana mereka bisa berperan untuk membuat perubahan, sebagai 'Child Campaigner', saya ingin mengajak semua anak bergerak dan tidak takut untuk bersuara," ungkap Ranti.