Bakal calon presiden Anies Baswedan dan calon wakil presiden, Abdul Muhaimin Iskandar alias Cak Imin saat berada di kantor DPP PKB, Jakarta Pusat, Senin (11/9/2023) (IDN Times/Lia Hutasoit)
Saiful juga memaparkan bagaimana publik bereaksi pada duet Anies dan Muhaimin. Ada sejumlah argumen yang dibangun untuk menyebut pasangan Anies-Muhaimin tersebut. Ada yang menyebut hal ini persatuan antara Islam modernis dan Nahdlatul Ulama (NU) atau Islam tradisionalis.
Anies sendiri adalah representasi dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Majelis Penyelamat Organisasi (MPO). HMI MPO memiliki corak Islam politik yang lebih kuat. Saiful menyebut, HMI MPO bisa dikatakan sebagai satu faksi dalam HMI yang mewarisi tradisi Islam modernis Masyumi.
Saiful menekankan, kombinasi antara Muhaimin dan Anies ini mempertemukan antara sayap Islam modernis yang diwakili PKS dan Islam tradisionalis yang diwakili oleh PKB.
Namun lebih jauh Saiful melihat adanya NasDem membuat koalisi ini menjadi lebih lengkap karena bertemunya tiga entitas sosiologis pemilih Indonesia, yaitu Islam modernis (PKS), Islam tradisionalis (PKB), dan nasionalis (NasDem).
“Dilihat dari aspek itu (tradisionalis, modernis, dan nasionalis), koalisi ini lengkap. Ini koalisi yang merepresentasikan tiga blok sosiologis yang berbeda,” tutur dia.