Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon (IDN Times/Aryodamar)
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon (IDN Times/Aryodamar)

Intinya sih...

  • Kementerian Kebudayaan akan membahas omnibus law kebudayaan mulai 2025
  • Omnibus law diperlukan untuk menyatukan perundangan yang terlalu banyak
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengungkapkan, pihaknya akan membahas omnibus law kebudayaan mulai 2025. Sebab, kementerian yang saat ini ia pimpin masih baru didirikan.

"Ya ini kan baru ya, jadi kami akan menghimpun. Mungkin tahun depan kita mulai dudukkan undang-undang kebudayaan," ujar Fadli Zon saat ditemui di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Senin (4/11/2024).

1. Fadli Zon sebut omnibus law diperlukan

Menteri Kebudayaan, Fadli Zon (IDN Times/Aryodamar)

Fadli Zon menilai omnibus law kebudayaan diperlukan. Sebab, akan banyak perundangan yang muncul apabila  tak digabung menjadi satu kesatuan yang besar.

"Ini saya kira perlu menjadi satu kesatuan yang besar. Kalau tidak ini terlalu banyak, undang-undang permusiuman nanti ada di situ, undang-undang musik mungkin nanti ada lagi yang mau memusiumkan," tuturnya.

2. Kementerian Kebudayaan akan buat tim mengkaji wacana omnibus law

Menteri Kebudayaan, Fadli Zon (IDN Times/Aryodamar)

Politikus Gerindra itu menilai, omnibus law kebudayaan akan membuat perundangan lebih sederhana. Nantinya Kementerian Kebudayaan akan membuat tim yang fokus pada hal tersebut.

"Nanti kita akan buat timnya," ujar Fadli Zon.

3. Kementerian Kebudayaan masih fokus buat struktur

Menteri Kebudayaan, Fadli Zon (IDN Times/Aryodamar)

Mantan Wakil Ketua DPR itu mengatakan, pihaknya saat ini masih fokus pada tahap awal pembentukan Kementerian Kebudayaan. Salah satunya, membentuk struktur organisasi dan tata kelola.

"Hari-hari ini bahkan pejabat-pejabatnya aja belum ada. Mungkin tahun depan kita akan mulai merintis untuk membicarakan omnibus law kebudayaan," ujarnya.

Editorial Team