Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
WhatsApp Image 2025-08-26 at 15.28.39 (1).jpeg
Potret pembangunan Stasiun MRT Jakarta bawah tanah, Glodok-Kota oleh PT Hutama Karya (Persero). (Dok. Hutama Karya)

Intinya sih...

  • Knock-out panel memungkinkan jalur interkoneksi langsung ke gedung sekitar tanpa merusak struktur utama.

  • Pembelajaran dari fase 1 MRT Jakarta, koneksi ke gedung-gedung sekitar sudah berfungsi saat MRT beroperasi.

  • MRT Jakarta mendorong pemanfaatan ruang kota yang terintegrasi dan efisien, termasuk integrasi dengan moda transportasi lainnya.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – MRT Jakarta menegaskan pembangunan fase 2A tidak hanya berfokus pada jalur transportasi, tetapi juga telah menyiapkan infrastruktur pendukung yang memungkinkan integrasi langsung dengan gedung-gedung di sekitar stasiun. Salah satu inovasi yang dilakukan adalah penyediaan knock-out panel (KOP) di setiap stasiun.

Kepala Divisi Engineering MRT Jakarta, Riska Muslimah, menjelaskan KOP menjadi kunci agar pengembangan kawasan di masa depan bisa dilakukan lebih mudah dan murah.

“Kita sudah identifikasi potensi pengembangan di sekitar stasiun sejak awal. Karena kalau koneksi itu dipersiapkan dari awal, pelaksanaannya akan jauh lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dilakukan belakangan,” kata Riska dalam Fellowship MRT, di JB Tower, Jakarta, Selasa (26/8/2025).

1. jalur interkoneksi langsung

Ilustrasi pembangunan MRT Fase 2 / IDN Times Dini Suciatiningrum

Menurut Riska, knock-out panel memungkinkan adanya jalur interkoneksi langsung dari stasiun ke gedung sekitar tanpa harus membobok struktur utama yang sudah terbangun. Dengan begitu, developer gedung yang ingin terkoneksi ke MRT bisa langsung memanfaatkan panel yang sudah disediakan.

“Kalau developer baru masuk setelah stasiun beroperasi, lalu minta interkoneksi, itu pasti lebih rumit. Karena itu sejak awal kami siapkan KOP di setiap stasiun,” ujarnya.

2. MRT beroperasi koneksi ke gedung-gedung sekitar berfungsi

Ilustrasi pembangunan MRT Jakarta Fase 2. (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Riska menambahkan, langkah ini merupakan salah satu pembelajaran dari pembangunan fase 1 MRT Jakarta. Pada fase sebelumnya, beberapa konektivitas baru dipikirkan setelah stasiun beroperasi, sehingga membutuhkan penyesuaian tambahan.

Sebagai contoh konkret, Stasiun Harmoni dan Stasiun Kota sudah disiapkan dengan knock-out panel. Di Stasiun Harmoni, panel itu mendukung koneksi langsung ke Transit Junction dan kawasan sekitarnya yang menjadi gerbang menuju Kota Tua Jakarta.

Sementara di Stasiun Kota, KOP memungkinkan integrasi dengan integrated commercial building di DJKN (Direktorat Jenderal Kekayaan Negara), termasuk fasilitas City Vertical Transportation (VT) yang tersembunyi di dalam bangunan.

“Dengan adanya KOP, ketika MRT beroperasi, koneksi ke gedung-gedung sekitar juga bisa langsung berfungsi. Ini bagian dari visi kami untuk membangun kawasan yang terintegrasi dan efisien,” ujar Riska.

3. Dorong pemanfaatan ruang kota yang terintegrasi

Ilustrasi pembangunan MRT Jakarta Fase 2. (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

MRT Jakarta tidak hanya membangun jalur transportasi, tetapi juga mendorong pemanfaatan ruang kota yang terintegrasi, estetis, dan sesuai konteks budaya lokal. Selain itu, integrasi dengan TransJakarta, KRL Commuterline, dan rencana jalur east-west line juga disiapkan agar penumpang bisa berpindah antar moda transportasi tanpa harus keluar (tap out) dari stasiun.

"Target kami, ketika MRT fase 2A beroperasi, pengalaman penumpang menjadi lebih nyaman, efisien, dan integrasi dengan gedung maupun kawasan sekitar sudah siap dari awal,” ujar Riska.

Editorial Team