ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Sementara, peserta mudik yang akan mudik ke Bandung, Cucu Saidah, meskipun kecewa tetap berharap gerakan seperti MRAD dapat berbuat banyak untuk terus mengingatkan tanggung jawab negara dalam menghormati, melindungi, dan memenuhi hak-hak warga disabilitas.
“Persepsi pemerintah dan pihak swasta masih memandang disabilitas sebagai objek, menjadi objek charity. Karena kursi roda yang melekat pada tubuh, sangat visibel (kerentanannya) jika dibandingkan dengan disabilitas lainnya. Sehingga dalam acara ceremonial tadi, disabilitas masih diperlakukan seperti tontonan,” kata lulusan master bidang Kebijakan Publik Flinders University itu.
Namun, sebagai inisiator MRAD, ketika dihubungi dalam perjalanannya ke Sukabumi untuk menjenguk rekan sesama disabilitas dengan kursi roda yang sedang sakit, Saidah mencoba melihat perubahan-perubahan kecil dan harapan yang menyertainya atas advokasi-advokasi yang MRAD lakukan bersama dengan berbagai pihak.
Setidaknya, Saidah mencoba objektif, terdapat peningkatan peserta disabilitas untuk ikut mudik kali ini. Sasaran advokasi MRAD juga berbuah. “Implikasinya, Menteri Perhubungan datang langsung dan ikut melepas peserta mudik,” ujar dia.
Kendati, Saidah berharap, Kementerian Perhubungan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang bertanggung jawab membangun infrastruktur serta publik, tidak sekadar berhenti pada ajang-ajang charity yang cenderung menjadikan disabilitas sebagai objek, melainkan menjadi sarana advokasi dan edukasi, serta mengembangkan fasilitas-fasilitas publik dan budaya, atau cara pandang baru yang lebih ramah terhadap disabilitas.
“Ini PR besar disabilitas mengawal janji Pak Menteri. Seperti yang disampaikan tadi pagi, bagaimana Pak Menteri akan mengupayakan transportasi publik yang aksesibel. Sehingga, penting menagih Menteri Perhubungan di 2019 menciptakan transportasi Jakarta yang aksesibel, tidak hanya pas mudik, tapi sehari-hari, sesuai janji Pak Menteri,” dia mengusulkan.
Istri dari pelukis mulut disabilitas Faisal Rusdi yang juga ikut dalam MRAD ini juga berharap agar Kementerian Perhubungan merealisasikan janjinya dengan satu gerbong kereta, minimal, disediakan pada 2019 sebagai fasilitas pengguna kursi roda menggunakan transportasi publik. Ia pun mengandaikan Menteri Perhubungan menyediakan satu gerbong itu untuk satu jurusan, Jakarta-Solo.
“Bikin lah satu gerbong yang tetap dicampur dengan penumpang umum, yang sepertiganya disediakan untuk space yang cukup luas bagi disabilitas pengguna kursi roda. Toilet di gerbong itu aksesibel,” kata Saidah.