Salah satu pom mini di Kabupaten Puncak, Papua Tengah. (IDN Times/Endy Langobelen)
Salah satu pedagang bensin eceran, Marthen, saat ditemui IDN Times pada Rabu (21/6/2023), mengaku menjual BBM jenis Pertalite dengan harga Rp40 ribu per liter.
Marten menyebutkan, mahalnya harga bensin di Puncak lantaran biaya angkutnya yang terbilang fantastis karena harus menggunakan pesawat.
"Kalau mahal itu karena biaya angkut dan biaya pesawat ke Ilaga, Puncak," jelas dia.
Selama ini, kata Marten, dirinya mengumpulkan dan mendatangkan BBM dari Kota Timika, Papua Tengah menggunakan jasa pesawat terbang.
"Kumpul dulu di Timika, kemudian setelah cukup, baru datangkan ke sini. Kadang carter (pesawat), kadang juga pakai pesawat reguler," ungkapnya.
Marten menyampaikan, sejauh ini, belum ada kenaikan harga BBM di Kabupaten Puncak. Kenaikan biasanya dilakukan jika terjadi kenaikan secara nasional.
"Kalau naik (secara nasional), ya, kita juga kasih naik. Tapi selama ini tidak ada kenaikan. Tetap harga Rp40 ribu," tuturnya.
Meski harga tersebut terbilang tinggi, Marten mengaku belum pernah ada pelanggannya yang melakukan protes. Menurutnya, masyarakat juga memahami besarnya biaya untuk mendatangkan BBM ke Kabupaten Puncak.
"Tidak pernah dikomplain, biasa saja. Malahan sekali angkut bisa 1 ton dan kadang habis hanya butuh waktu seminggu. Paling lama itu dua minggu sudah langsung habis," terangnya.